Dokument team DHF
HUKUM MENDO'AKAN NON MUSLIM (PART 2)
◼◼◼◼◼◼◼◼◼
بسم الله الرحمن الرحيم
Terkait hukum mendoakan non muslim (kafir) ada empat rincian
1⃣pertama:
Memohonkan Ampunan dan Rahmat
Para ulama sepakat bahwa memohon ampunan dan rahmat bagi orang kafir sepeninggal mereka merupakan hal yang dilarang (HARAM).
➖ imam nawawi
Dalam kitab al majmu' syarah al.muhadzdzab 5/120: mengatakan bahwa
larangan ini berdasarkan dalil-dalil sharih (jelas) dari al-Qur’an, Sunnah dan ijma’.
➖Allah ta’ala berfirman:
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu.
Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 113-114).
📖Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. At-Taubah: 84).
◾Oleh karena itu, tidak boleh bagi orang muslim untuk memohonkan ampunan, rahmat, keberkahan dan segala bentuk doa yang bersifat kebaikan akhirat, sebab do’a ini hanya diperuntukkan bagi orang beriman.
Sekalipun mayyit tersebut adalah keluarganya.
2⃣Kondisi kedua:
➖ Mendoakan Agar Mendapat Hidayah.
Mendo’akan orang kafir secara umum agar mendapat hidayah merupakan hal yang dibolehkan.
➖Namun bagi orang kafir yang tidak memerangi atau memusuhi kaum muslimin (bukan kafir harbiy) maka terhadap mereka lebih diutamakan. Karena ini termasuk upaya untuk menyelamatkan mereka dari api neraka, menunjukkan jalan ketaatan kepada Allah.
Inilah yang harus diusahakan oleh seorang muslim sebagaimana contoh dari Rasulullah dalam riwayat sahabat Anas bin Malik disebutkan bahwa dahulu ada seorang anak Yahudi yang senantiasa melayani (membantu) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya untuk menjenguknya, lalu beliau duduk di dekat kepalanya, kemudian berkata:” Masuk Islam-lah!” Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang ada di dekatnya, maka ayahnya berkata: “Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam).” Maka anak itu pun masuk Islam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar seraya bersabda:
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ.
“Segela puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.” (HR. Bukhari)
Adapun dalil yang membolehkan mendoakan orang kafir agar mendapat hidayah. Sebagai berikut:
Pertama: Riwayat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah mendoakan ibu Abu Hurairah:
اللهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ
“Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.” (HR. Muslim)
Kedua: Riwayat bahwa Thufail bin ‘Amr ad-Dausi dan para Shahabatnya datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sesugguhnya suku Daus ingkar dan enggan (masuk Islam), maka do’akanlah keburukan atas mereka.” Ada yang mengatakan: “Celakalah Daus” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:
اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ
”Ya Allah berilah hidayah kepada suku Daus dan datangkanlah mereka (dalam keadaan Islam).”
Ketiga: Riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya para Shahabat berkata:
يَا رَسُوْلَ الله ! أحرقتنا نِبَال ثَقِيْف ، فَادْعُ اللهَ عَلَيْهِمْ. فَقَالَ : اللّهُمَّ اهْدِ ثَقِيْفاً
“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, panah-panah Bani Tsaqif menyerang kami, do’akanlah keburukan atas mereka.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Ya Allah berilah hidayah kepada Bani Tsaqif. ” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih)
Keempat: Riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah bersabda:
اللَهُمَّ أَعِزِّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَجُلَيْنِ إِلَيْكَ، بِأَبِيْ جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرِ بنْ الخَطَّابِ، فَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلىَ اللهِ عُمَرُ بنْ الخَطَّابِ
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang engkau lebih cintai; Abu Jahal ataukah Umar bin Khattab, maka orang yang lebih dicintai di antara keduanya adalah Umar bin Khattab.” (HR. Ahmad)
Dua dalil pertama menjelaskan akan dibolehkannya mendoakan orang kafir yang memusuhi dan memerangi kaum muslimin agar mendapat hidayah.
3⃣kondisi yg ke tiga:
Mendo’akan Keburukan dan Kehancuran.
➖Mendoakan keburukan dan kehancuran bagi orang kafir boleh dilakukan ketika mereka memerangi dan memusuhi kaum muslimin.
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan di banyak tempat bahwa ada di antara para Nabi yang mendo’akan keburukan bagi orang kafir.
Begitupula Imam Bukhari dalam shahihnya membuat bab berjudul: Mendo’akan keburukan bagi orang musyrik. Dengan menyebutkan beberapa riwayat:
Pertama: Rasulullah bersabda: “
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ
“Ya Allah, tolonglah aku atas mereka dengan tujuh (tahun) sebagaimana tujuh (tahun paceklik) Yusuf.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Kedua: Do’a Rasulullah: “Ya Allah, Binasakanlah Abu Jahal.” (HR. Bukhari Muslim)
Ketiga: Do’a Rasulullah:
اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، سَرِيعَ الحِسَابِ، اللَّهُمَّ اهْزِمِ الأَحْزَابَ، اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ
“Ya Allah Yang menurunkan kitab suci dan cepat menghitung (meminta pertanggung jawaban atas perbuatan hamba-Nya), ya Allah kalahkanlah golongan-golongan musuh, ya Allah kalahkanlah mereka dan goncangkanlah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengomentari riwayat-riwayat tentang doa Rasulullah kepada orang kafir yang terkadang mendoakan kebaikan dan terkadang mendoakan keburukan, maka Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan:
“Rasulullah terkadang mendoakan keburukan bagi mereka dan terkadang mendoakan kebaikan baginya, maka kondisi pertama berlaku ketika kekuatan orang kafir besar dan merajalelanya gangguan mereka. Sedangkan kondisi kedua berlaku ketika kaum muslimin aman dari keburukan mereka dan diharapkannya simpati mereka sebagaimana kisah Daus.” (fathul Baari, Ibnu Hajar al-Asqalani: 6/108)
📝Meskipun dibolehkan mendoakan keburukan dan kehancuran bagi orang kafir, namun tetap tidak dibolehkan mendoakan agar mereka mati dalam keadaan kafir, atau mendoakan agar mereka tidak mendapat hidayah. Sebab hal ini menyelisihi yang diinginkan Allah agar mereka masuk Islam dan mendakwahi mereka, begitupula hal ini sama dengan meminta agar mereka tetap dalam kekafiran dan mati di atasnya, maka tidak boleh ridha dengan sesuatu yang tidak diridhai Allah. Yang membedakan dengan doa agar mereka binasa adalah agar terhindari dari keburukan mereka. (Al-Furuuq, Al-Qarrofi: 4/296).
4⃣Kondisi keempat: Mendo’akan untuk urusan duniawi, sperti rizqi, kesehatan dll.
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mendo’akan orang kafir (yang tidak memerangi atau memusuhi kaum muslimin) pendapat yang membolehkan hal ini bertujuan agar doa melembutkan hati dan menarik simpati untuk menerima Islam.
📝WALHASIL:
Mendoakan yang diharamkan untuk orang kafir adalah doa memohonkan ampunan atas mereka bila telah mati dalam kekafirannya. Ini yang disepakati oleh para ulama.
◼Adapun mendoakan orang kafir selain permohonan ampunan atas dosa-dosanya setelah kematiannya,
ada yang disepakati kebolehannya dan ada yang pula dikhilafkan oleh para ulama.
Berikut rinciaannya.
1⃣➖ Doa agar diberikan hidayah.
Ulama sepakat membolehkan mendoakan orang kafir agar diberikan hidayah petunjuk. Hal ini berdasarkan beberapa dalil diantaranya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَدِمَ الطُّفَيْلُ وَأَصْحَابُهُ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ دَوْسًا قَدْ كَفَرَتْ وَأَبَتْ، فَادْعُ اللهَ عَلَيْهَا فَقِيلَ: هَلَكَتْ دَوْسٌ فَقَالَ: اللهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ
Abu Hurairah -radliallahu ‘anhu- mengatakan: (Suatu hari) At-Thufail dan para sahabatnya datang, mereka mengatakan: “ya Rasulullah, Kabilah Daus benar-benar telah kufur dan menolak (dakwah Islam), maka doakanlah keburukan untuk mereka ! Maka ada yg mengatakan: “Mampuslah kabilah Daus”. Tapi beliau mengatakan: “Ya Allah, berikanlah hidayah kepada Kabilah Daus, dan datangkanlah mereka kepadaku.” (Mutafaqqun ‘alaih)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ
بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaih wasallam berdoa: “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan sebab kecintaan dua lelaki kepadaMu, yaitu dengan sebab ‘Amr bin Hisyam (Abu Jahl) atau dengan sebab ‘Umar bin Khattab.” (HR. Tirmidzi )
2⃣➖ Doa kebaikan urusan dunia.
Adapun mendoakan untuk kebaikan urusan dunia non muslim semisal kesehatan badan, rezeki atau doa belasungkawa atas musibah yang menimpa, ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama berpendapat tidka dibolehkan karena dipandang sebagai bentuk loyalitas kepada orang kafir yang terlarang.
Adapun mayoritas ulama berpendapat tidak mengapa mendoakan kebaikan urusan dunia kepada orang kafir. Karena tidak masuk dalam larangan pada ayat diatas. Berkata al imam An Nawawi[2] rahimahullah :
لكن يجوز ان يدعي بالهداية وصحة البدن والعافية وشبه ذالك وروينا في كتاب ابن السني عن انس عنه قال استسقي النبي صلى الله عليه وسلم فسقاه يهودي فقال له النبي صلى الله عليه وسلم جملك الله فما رأي الشيب حتي مات
“Tetapi berdoa untuk orang kafir agar mendapatkan petunjuk, sehat badan, keselamatan dunia,dan yang sejenisnya. Dan kami riwayatkan di dalam kitab Ibnu as-Sunni dari Sayyidinaa Anas radhiyallahu ‘anhu, Ia berkata : Rasulullah pernah minta air kepada Yahudi, dan Yahudi tersebut memberikannya kepada Beliau, maka beliaupun berkata kepadanya; Jammalakallah, (Semoga Allah baguskan engkau) Maka Yahudi tersebut tidak melihat uban sampai matinya”.
3⃣➖ Memohonkan ampunan ketika masih hidup
Kebanyakan ulama berpendapat tidak boleh memohonkan ampunan bagi orang kafir baik ketika masih hidup maupun telah mati. Berkata al Imam an Nawawi rahimahullah :
اعلم انه لا يجوز ان يدعي له بالمغفرة وما اشبهها مما لا يقال لكفار
“Ketahuilah bahwasanya tidak boleh berdoa untuk orang kafir atau mendoakannya dengan ampunan dan sebagainya dari sesuatu yang tidak layak dikatakan untuk orang orang kafir.[3]
Ibnu Arabi dalam menyatakan : “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa beberapa laki-laki dari Sahabat Nabi bertanya pada Nabi: ‘Ya Rasulullah sebagian dari ayah-ayah kami adalah orang-orang yang baik pada tetangga dan meny
ambung silaturrahim, apakah kami tidak boleh memohonkan ampun pada mereka?’ Maka turunlah ayat 111 dari surah At Taubah.” (artinya tidak boleh).[4]
➖Sedangkan sebagian ulama membolehkan mendoakan ampunan atas orang kafir yang masih hidup. Imam At-Thabari beliau mengatakan dalam tafsirnya: “Sekelompok ulama’ telah menafsiri firman Allah : “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya…” Bahwa larangan dari Allah untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin adalah setelah matinya mereka (dalam keadaan kafir), karena firman-Nya : “Sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni jahim”. Mereka mengatakan: “alasannya, karena tidak ada yg bisa memastikan (bahwa dia ahli neraka), kecuali setelah ia mati dalam kekafirannya, adapun saat ia masih hidup, maka tidak ada yg bisa mengetahui hal itu, sehingga dibolehkan bagi Kaum Mukminin untuk memintakan ampun bagi mereka.[5]
➖Kalangan yang membolehkan doa ampunan kepada orang kafir yang masih hidup juga berdalil dengan Mafhum Mukholafah dari firman Allah berikut:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ . وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (at-Taubah: 113-114)
Ayat diatas mengaitkan “larangan memintakan ampun untuk kaum Musyrikin”, dg keadaan “sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka”. Sehingga sebelum jelas menjadi penghuni neraka, boleh di mintakan ampun… Dan telah shohih dari Ibnu Abbas, bahwa maksud dari firman Allah yg artinya: “Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah” adalah “setelah mati dalam keadaan kufur”. Sehingga sebelum kematiannya, masih boleh dimintakan ampun.
◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻
KESIMPULAN RINGKASNYA
1. Yang diharamkan adalah memohonkan ampunan atas orang kafir yang sudah meninggal.
2. Adapun mendoakan orang kafir agar mendapatkan hidayah maka hukumnya boleh.
3. Ulama berbeda pendapat tentang hukum mendoakan kebaikan urusan dunia seperti kesehatan, rezeki atau bela sungkawa atas musibah. Menurut mayoritas ulama dibolehkan.
4. Ulama juga berbeda pendapat tentang hukum mendoakan ampunan atas orang kafir yang masih hidup, sebagian kelompok ulama membolehkan, sedangkan jumhur ulama melarang.
5_menod,akan buruk terhadap non muslim yg memerangi atau memusuhi org islam hukum nya boleh.
Wallahu a’lam.
📚Sumber rujukan utama:
📖(QS. At-Taubah: 113-114).
📖(QS. At-Taubah: 84).
📖(fathul Baari, Ibnu Hajar al-Asqalani: 6/108)
📖(Al-Furuuq, Al-Qarrofi: 4/296).
📖al majmu' syarah al muhadzdzab 5/120.
📖Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (11/187).
📖Al-Adzkar halaman 282.
📖Al-Adzkar halaman 282.
📖Ahkamul Quran (2/591).
📖Tafsir Thabari (12/26).
REFRENSI PENDUKUNG:
REFRENSI:
Tafsir ath_thobariy
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
القول في تأويل قوله : مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره: ما كان ينبغي للنبي محمدٍ صلى الله عليه وسلم والذين آمنوا به= " أن يستغفروا ", يقول: أن يدعوا بالمغفرة للمشركين, ولو كان المشركون الذين يستغفرون لهم= " أولي قربى ", ذوي قرابة لهم= " من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم "، يقول: من بعد ما ماتوا على شركهم بالله وعبادة الأوثان، وتبين لهم أنهم من أهل النار، لأن الله قد قضى أن لا يغفر لمشرك، فلا ينبغي لهم أن يسألوا ربهم أن يفعل ما قد علموا أنه لا يفعله. فإن قالوا: فإن إبراهيم قد استغفر لأبيه وهو مشرك؟ فلم يكن استغفارُ إبراهيم لأبيه إلا لموعدة وعدها إياه. فلما تبين له وعلم أنه لله عدوٌّ، خلاه وتركه ، وترك الاستغفار له, وآثر الله وأمرَه عليه, فتبرأ منه حين تبين له أمره. (17)
* * *
Tafsir ibnu katsir
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
قال الإمام أحمد : حدثنا عبد الرزاق ، حدثنا معمر ، عن الزهري ، عن ابن المسيب ، عن أبيه قال : لما حضرت أبا طالب الوفاة دخل عليه النبي صلى الله عليه وسلم وعنده أبو جهل ، وعبد الله بن أبي أمية ، فقال : " أي عم ، قل : لا إله إلا الله . كلمة أحاج لك بها عند الله ، عز وجل " . فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية : يا أبا طالب ، أترغب عن ملة عبد المطلب ؟ [ قال : فلم يزالا يكلمانه ، حتى قال آخر شيء كلمهم به : على ملة عبد المطلب ] . فقال النبي صلى الله عليه وسلم : " لأستغفرن لك ما لم أنه عنك " . فنزلت : ( ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم ) قال : ونزلت فيه : ( إنك لا تهدي من أحببت ) [ القصص : 56 ] أخرجاه .
وقال الإمام أحمد : حدثنا يحيى بن آدم ، أخبرنا سفيان ، عن أبي إسحاق ، عن أبي الخليل ، عن علي ، رضي الله عنه ، قال : سمعت رجلا يستغفر لأبويه ، وهما مشركان ، فقلت : أيستغفر الرجل لأبويه وهما مشركان ؟ فقال : أولم يستغفر إبراهيم لأبيه ؟ فذكرت ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم ، فنزلت : ( ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ) إلى قوله : ( فلما تبين له أنه عدو لله ) قال : " لما مات " ، فلا أدري قاله سفيان أو قاله إسرائيل ، أو هو في الحديث " لما مات " .
قلت هذا ثابت عن مجاهد أنه قال : لما مات .
Tafsiir al-Maraaghy I/2263
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ والذين آمنوا أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كانوا أُوْلِي قربى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الجحيم} [ التوبة : 113 ]
وفى الآية إيماء إلى تحريم الدعاء لمن مات على كفره بالمغفرة والرحمة ، أو بوصفه بذلك كقولهم المغفور له والمرحوم فلان ، كما يفعله بعض جهلة المسلمين من الخاصة والعامة.
📖ﻭﻓﻰ ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺼﺎﻭﻯ، ﺝ 2 ﺹ 171 ، ﻣﺎﻧﺼﻪ :
( ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﻨﺒﻰ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺃﻣﻨﻮﺍ ﺍﻥ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮﻭﺍ ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻭﻟﻰ ﻗﺮﺑﻰ ) ﺫﻭﻯ ﻗﺮﺍﺑﺔ ( ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻬﻢ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺠﺤﻴﻢ ) ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺑﺄﻥ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ( ﻗﻮﻟﻪ ﺑﺄﻥ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ) ﺃﻯ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﻢ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻭﺍﻣﺎ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮ ﺍﻟﺤﻰ ﻓﻔﻴﻪ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻫﺪﺍﻳﺘﻪ ﻟﻺﺳﻼﻡ ﺟﺎﺯ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﺃﻥ ﺗﻐﻔﺮ ﺫﻧﻮﺑﻪ ﻣﻊ ﺑﻘﺎﺋﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ . ﺍﻫـ
📖(al-Majmu’ 5/120).
Imam An-Nawawi berkata,
قال النووي رحمه الله : وأما الصلاة على الكافر والدعاء له بالمغفرة فحرام بنص القرآن والإجماع
📒Hasyiyah al-Qalyubi IV/270
( فَرْعٌ ) فِي اسْتِحْبَابِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ خِلَافٌ ا هـ .وَاعْتَمَدَ م ر الْجَوَازَ وَأَظُنُّ أَنَّهُ قَالَ لَا يَحْرُمُ الدُّعَاءُ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ إلَّا إذَا أَرَادَ الْمَغْفِرَةَ لَهُ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ وَسَيَأْتِي فِي الْجَنَائِزِ التَّصْرِيحُ بِتَحْرِيمِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ بِالْمَغْفِرَةِ نَعَمْ إنْ أَرَادَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ إنْ أَسْلَمَ أَوْ أَرَادَ بِالدُّعَاءِ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ أَنْ يَحْصُلَ لَهُ سَبَبُهُ وَهُوَ الْإِسْلَامُ ثُمَّ هِيَ فَلَا يُتَّجَهُ إلَّا الْجَوَازُ ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَيَنْبَغِي أَنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ إذَا لَمْ يَكُنْ عَلَى وَجْهٍ يُشْعِرُ بِالتَّعْظِيمِ وَإِلَّا امْتَنَعَ خُصُوصًا إذَا قَوِيَتْ الْقَرِينَةُ عَلَى تَعْظِيمِهِ وَتَحْقِيرِ غَيْرِهِ كَأَنْ فَعَلَ فِعْلًا دَعَا لَهُ بِسَبَبِهِ وَلَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَأَشْعَرَ بِتَحْقِيرِ ذَلِكَ الْغَيْرِ ا هـ .
📖Hasyiyah al-Qalyubi IV/270
( فَرْعٌ ) يَجُوزُ إجَابَةُ دُعَاءِ الْكَافِرِينَ ، وَيَجُوزُ الدُّعَاءُ لَهُ وَلَوْ بِالْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ ، خِلَافًا لِمَا فِي الْأَذْكَارِ إلَّا مَغْفِرَةَ ذَنْبِ الْكُفْرِ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ فَلَا يَجُوزُ .
📖( ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﺹ 134 )
ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻭﺃﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ ﺑﺎﻟﺸﻔﺎﺀ ﺃﻱ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻓﺮﺍ ﺃﻭ ﻓﺎﺳﻘﺎ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﺿﻪ ﺭﻣﺪﺍ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻣﺤﻠﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺿﺮﺭ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻳﻄﻠﺐ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻪ ﺑﻞ ﻟﻮ ﻗﻴﻞ ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻟﻢ ﻳﺒﻌﺪ
📒[ Hasyiyah al-jamal III/436 ].
وَيَجُوزُ الدُّعَاءُ لِلْكَافِرِ بِنَحْوِ صِحَّةِ الْبَدَنِ وَالْهِدَايَةِ وَاخْتَلَفُوا فِي جَوَازِ التَّأْمِينِ عَلَى دُعَائِهِ .
📖تحفۃ المحتاج 3,75
ولایمنع أھل الذمۃ أو العہد الحضور أی لاینبغی ذلک
ویظہر أن محلہ مالم یرالامام المصلحۃ فی ذلک علی أنہ یسن للامام المنع من المکروہ کماصرحوا بہ وسیأتی أنہ یکرہ لہم الحضور الاأن یجاب بأن المقام مقام ذلۃ واستکانۃ فلایکسر خاطرھم حیث لامصلحۃ تقتضی ذلک, لأنہم مسترزقون وفضل اللہ واسع وقد تعجل لہم الاجابۃ استدراجا وبہ یردقول البحر یحرم التأمین علی دعاء الکافر,لأنہ غیر مقبول اھ
علی انہ قد یختم لہ بالحسنی فلاعلم بعدم قبولہ الابعدتحقق موتہ علی کفرہ ثم رأیت الأذرعی قال اطلاقہ بعید,
والوجہ جواز التأمین بل ندبہ اذا دعالنفسہ بالہدایۃ ولنا بالنصر مثلا ومنعہ اذاجہل مایدعو بہ,لأنہ قد یدعو باثم أی بل ھو الظاھر من حالہ ویکرہ لہم الحضور,ولنا احضارھم, قولہ وبہ یرد الخ أی بکونہم قد تعجل لہم الاجابۃ استدراجا ولو قیل وجہ الحرمۃ أن فی التأمین علی دعائہ تعظیمالہ وتغریرا للعامۃ بحسن طریقتہ لکان حسنا ع ش قول البحر یحرم التأمین الخ اعتمدہ المغنی,قولہ ثم رأیت الأذرعی قال اطلاقہ بعید الخ أقرہ ع ش ثم قال فرع فی استحباب الدعاء للکافر خلاف واعتمد م ر الجواز وأظن أنہ قال لایحرم الدعاء لہ بالمغفرۃ الااذا اراد المغفرۃ مع موتہ علی الکفر وسیأتی فی الجنائز التصریح بتحریم الدعاء للکافر بالمغفرۃ, نعم ان أراد اللہم اغفرلہ ان اسلم أو اراد بالدعاء لہ بالمغفرۃ أن یحصل لہ سببہ وھو الاسلام فلایتجہ الاالجواز سم علی المنہج وینبغی أن ذلک کلہ اذا لم یکن علی وجہ یشعر بالتعظیم والاامتنع خصوصاًاذا قویت القرینۃ علی تعظیمہ وتحقیر غیرہ کأن فعل فعلا دعا لہ بسببہ ولم یقم بہ غیرہ من المسلمین فأشعر بتحقیر ذلک الغیر
Allahu a’lam
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com