Label

Kamis, 23 November 2017

SEPUTAR TENTANG SESAJEN

*KESIMPULAN TEAM DHF*
SEPUTAR TENTANG SESAJEN
___________________

*JAWABAN*
وعليكم سلام

Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen kepada makhluk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat keramat tertentu adalah kebiasaan syirik, yaitu menyekutukan Allah Ta’ala dengan makhlukNya. Perbuatan ini sudah berlangsung turun-temurun di masyarakat kita.

Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya.

Kebiasaan ini sudah ada sejak zaman jahiliyah sebelum Allah ta’ala mengutus RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menegakkan tauhid dan memerangi kesyirikan dengan segala bentuknya.

⚛HUKUM SEMBELIHAN UNTUK SESAJEN

🖊Sembelihan untuk selain ALLAH misal menyembelih untuk sesajen, menyembelih dengan menyebut nama isa al masih dll.

Karena ibadah selain tujuan nya kepada ALLAH  Adalah syirik dan termsuk kekafiran yg paling besar karena meminta tolong kepada selain ALLAH.

Oleh karena itu barang siapa menyembelih hewan yg tujuan nya taqorrub kepada selain ALLAH SWT adalah haram. sekalipun saat menyembelih mengucapkan kalimat BISMILLAH,  Sebagaimana telah terjadi dari sebagian golongan ummat/masyarakat yang mana saat menyembelih bertujuan taqorrub kepada JIN semacam nya.

🖊sedangkan apabila sembelihan tersebut yang menyembelih adalah orang murtadz maka jelas tidak boleh, oleh karena nya sembelihan yg di larang (tidak halal DIKONSUMSI) terkumpul dua macam:
✔sembelihan org yg ahli syirik
✔sembelihan org yg memeng murtadz/KAFIR.

sebagaiman SABDA BAGINDA RASUL:
روي عن النبي صلي الله عليه وسلم أنه نهى عن ذبائح الجن". اه
RASULALLAH melarang dari sembelihan yg tujuan nya utk jin.

🗒Larangan yang di maksud dalam hadist tersebut, sebagaimna di sampaikan oleh
imam al - zamkhosyari berkata:
sebagian masyarakat ketika membeli rumah , atau membangun rumah, mengeluarkan barang-barang dan semacamnnya, kemudian mereka menyembelih hewan (ayam dan semacam nya) karena takut atas gangguan jin sehingga mereka menyediakan sembelihan tersebut utuk jin (sesajen)  maka hal-hal yg demikan itu termasuk hal-hal yang di haramkan di dalam syari'at bahkan termsuk perbuatan yang syirik.
sebab hakekat nya tidak ada satu makhluq pun yang mammpu memberi kemudrorrotan terhadap makhluq lain nya termasuk jin itu sendri.

📎imam al maruziy berfatwa:
ketika hendak menghadap sulthan/raja/pemimpin kemudian ia menyembelih hewan dgn tujuan sebagai taqorrub kepada nya maka hal itu juga di haram kan karena termsuk perbuatan yg tujuan nya bukan kepada ALLAH WT.

Lebih lanjut Pada CATATAN KAKI
KITAB FATHUL JAWWAD HAL 146 JUZ 1:

Bahwa perbuatan tersebut trmasuk perbuatan syirik yang besar (menyembelih tujuan nya bukan karna ALLAH SWT)
Yang mana ALLAH mengharamkan baginya masuk surga dan nerakalah tempat nya.

dan sebagian qaum menulis hazib/azimat/penangkal dll kemudian ia memeriksa/menguji pada tiap hari sabtu pada jam-jam tertentu dan waktu-waktu lain nya, kemudian ia menyembelih ayam dan menghidupkan minyan (wewangian) ketika turun nya bintang dalm satu tempat dgn berbuat begini begitu, hal hal semacam ini bnayak terjadi di masyarakt muslim, terksdsng mreke kebnyakan mmpunyai i'toqod bahw hal itu mmebawa dampak yg baik bahkan terkadang di anggap sebuah ketaqwaan, hal ghal semacam itu merupakan ke syirikan dan murtad , dan ia telah merrusak akal sehat nya sbb azimat dan hazib tersebut.

📌adapun makanan minuman yang di sediakan untuk orang-orang yang ziarah qubur, orang-orang yang berada disekitar qubur maka di tafsil:

Jika tujuan nya adalah sebagai bentuk taqorrub/ibadah kepada selain ALLAH, maka itu jelas memang syirik, sebab memang di larang manusia beribadah kepada selain ALLAH, sekalipun kepada NABI atau lain nya sebab dalam ibadah memang harus murni karena ALLAH SWT.

📌Adapun jika makanan,minoman,buah buahan ,uang dan semacam nya hnya utk DISEDIAKAN/diberikan sebagai hak  milik kepada para NABI,AULIA' DLL.
maka JIKA hal itu jugaa di anggap haram mengambil nya dan  memanfaatkan nya maka itu adalah kekeliruan, sebab tentu para nabi dan auliya, tersebut lebih suka dan lebih senang jika di manfaatkan , oleh karena boleh harta itu di ambil dan di manfaatkan,
Sebagai mana harta yg di tinggal mayyit bolh di manfaatkan nya olh yg masih hidup.

⚛KESIMPULAN NYA

🖊Sesajen dilihat dari tujuannya, maka akan melahirkan hukum yang berbeda, yaitu:

1. Haram, jika tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub) pada jin, setan atau lainnya.

2. Boleh (mubah), jika SAAT MENYMBELIH tidak ada niat tqorrub kepada selain Allah, melainkan murni dgn sembilan secara syar'i yg benar dan hanya i'tiqod taqorrub kepada Allah serta bertujuan bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh (taqarrub ilallah),

🖋Garis besar kebolehan nya:
Tentunya selama tidak dilakukan dengan menyia-akan harta benda.
Seperti di buang di hutan, di buang di dasar lautan, dgn harapan jin yang memakan nya maka tentu hal itu adalah perbuatan yang diharamkan.

*CATATAN*
Sebenarnya sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah tidak pantas dilakukan di tempat-tempat tadi, agar orang-orang awam tidak meyakini bahwa penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan malapetaka kalau tidak diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain yang bertentangan dengan syariat

(Lihat bulghohtut thullab )

↓↓↓↓↓↓↓↓↓

⚛HUKUM MEMAKAN SESAJEN.

📌apa hukum makanan sesajen tersebut? Jawabannya bahwa hukum makanan sesajen harus dirinci terlebih dahulu: 

📃Pertama: Jika makanan sesajen itu berupa daging dari sembelihan yang dipersembahkan selain Allah, seperti daging ayam, daging kambing, daging sapi, yang ketika disembelih diniatkan untuk jin penunggu pohon yang dikramatkan, atau diniatkan untuk nyi Roro Kidul, jelas daging semacam ini hukumnya haram. 

Ini berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala:

نَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah: 173)  

🖋Jika makanan sesajen itu berupa buah-buahan, seperti pisang, mangga, jeruk, atau berupa makanan lainnya, seperti nasi, tahu, tempe, selain daging dari hewan yang disembelih untuk selain Allah, maka hukumnya boleh dimakan.

📃Dalil yang menunjukkan kebolehan ini adalah (perbuatan) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika) beliau mengambil harta (yang dipersembahkan oleh orang-orang musyrik) yang (tersimpan) di perbendaharaan (berhala) Lâta, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (memanfaatkannya untuk) melunasi utang (Sahabat yang bernama) ‘Urwah bin Mas’ûd ats-Tsaqafi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam hadits ini) tidak menganggap dipersembahkannya harta tersebut kepada (berhala) Lâta sebagai (sebab) untuk melarang mengambil (dan memanfaatkan harta tersebut) ketika bisa (diambil).



📚*REFERENSI*

📃(Bulghatut Thullab hlm. 90/91)

العادة المطردة فى بعض البلاد لدفع شر الجن من وضع طعام أو نحوه فى الأبيار أو الزرع وقت حصاده وفى كل مكان يظن أنه مأوى الجن وكذلك إيقاد السرج فى محل ادخار نحو الأرز الى سبعة أيام من يوم الإدخار ونحو ذلك كل ذلك حرام حيث قصد به التقرب إلى الجن بل إن قصد التعظيم والعبادة له كان ذلك كفرا-والعياذ بالله- قياسا على الذبح للأصنام المنصوص فى كتبهم. وأما مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله ليدفع شر ذلك الجن فجائز ما لم يكن فيه إضاعة مال مثل الإيقاظ المذكور انفا, فإن ذلك ليس هو التصدق المحمود شرعا كما صرحوا أن الإيقاد أمام مصلى التراويح وفوق جبل أحد بدعة. قلت : حتى إن مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله لا ينبغى فعله فى خصوص تلك الأماكن لئلا يوهم العوام ما لا يجوز إعتقاده.

"Tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan semacamnya kemudian diletakkan di dekat sumur atau tanaman yang hendak dipanen dan ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya jin, serta tradisi lain seperti menyalakan beberapa lampu di tempat penyimpanan padi selama tujuh hari yang dimulai dari hari pertama menyimpan padi tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh di atas itu hukumnya haram jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada jin. Bahkan bisa menyebabkan kekafiran (murtad) jika disertai tujuan pemuliaan dan wujud pengabdian. 


Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan hukum penyembelihan hewan yang dipersembahkan untuk berhala yang disebutkan oleh fuqaha dalam kitab-kitab mereka. Adapun jika sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah untuk menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh jin tersebut maka hukumnya mubah(diperbolehkan) selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta benda (tadyi'ul mal), seperti tradisi menyalakan lampu yang baru saja disebutkan. Karena hal tersebut tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji dalam pandangan syari'at, Sebagaimana ulama menjelaskan bahwa menyalakan lampu di depan tempat shalat tarawih dan di atas gunung arafah itu dikategorikan bid'ah. 

Saya berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah pun tidak pantas dilakukan di tempat-tempat ditempat-tempat tersebut, agar orang awam tidak salah faham,lalu meyakini hal yang tidak seharusnya diyakini." (Bulghatut Thullab hlm. 90/91)



📔Kitab Fathul Majid hal 146 juz 1
١ بل يكون هذا الذبح شركا أكبر. (ومن يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار) .
٢ وهم الذين يكتبون الحجب والتمائم والتعاويذ ونحوها, فإنهم يتحرون بها يوم السبت في ساعة كذا أو غيره من الأيام والساعات، ويذبحون ويبخرون عند نزول الكوكب الفلاني في منزلة كذا ونحو كذا, وهم في البلاد الإسلامية كثير - لا كثرهم الله -، ويعتقد العامة فيهم الصلاح والتقوى, مع أنهم مشركون مرتدون مفسدون للعقول بدجلهم بهذه التمائم والحجب، ومتخذون آيات الله هزوا, ومتقربون بهذه المناسك لغير الله. فيا لله ما أشد غربة الإسلام! وإنا لله وإنا إليه راجعون.
٣ وفي غير مكة باسم الزار وإخراج الجن المتلبس بالإنس. ويدقون لذلك الطبول. (*) قوله: (وكذلك أيضا ما يسمى من الطعام والشراب أو غيره نذرا أو قربة لغير الله, فكل طعام يصنع ليوزع على  العاكفين عند هذه القبور والطواغيت) إلخ. أقول: هذا المقام فيه تفصيل: فإن كان المراد من ذلك من أن هذا الشرك لكونه عبادة لغير الله وتقربا إليه فهذا صحيح؛ لأنه لا يجوز لأحد أن يعبد غير الله بشيء من العبادات لا نبيا ولا غيره, ولا ريب أن تقديم الطعام والشراب والنقود وغير ذلك  للأموات من الأنبياء والأولياء أو غيرهم أو للأصنام ونحوها رغبة ورهبة, داخل في عبادة غير الله؛ لأن العبادة لله هي ما أمر الله به ورسوله, أما إن كان مراد الشيخ حامد أن النقود والطعام والشراب والحيوانات الحية التي قدمها ملاكها للأنبياء والأولياء وغيرهم يحرم أخذها والانتفاع بها، فذلك غير صحيح؛ لأنها أموال ينتفع بها قد رغب عنها أهلها، وليست في حكم الميتة فوجب أن تكون مباحة لمن أخذها, كسائر الأموال التي تركها أهلها لمن أرادها, كالذي يتركه الزراع وجذاذ النخل من السنابل والتمر للفقراء, ويدل على ذلك أن النبي - صلى الله عليه وسلم - أخذ الأموال التي في خزائن اللات, وقضى منها دين عروة بن مسعود الثقفي, ولم ير تقديمها للات مانعا من أخذها عند القدرة عليها. ولكن يجب على من رأى من يفعل ذلك من الجهلة والمشركين أن ينكر عليه، ويبين له أن ذلك من الشرك حتى لا يظن أن سكوته عن الإنكار أو أخذه لها إن أخذ منها شيئا دليل على جوازها وإباحة التقرب بها إلى غير الله سبحانه, ولأن الشرك أعظم المنكرات فوجب إنكاره على من فعله، لكن إذا كان الطعام مصنوعا  من لحوم ذبائح المشركين أو شحمها أو مرقها فإنه حرام؛ لأن ذبيحتهم في حكم الميتة فتحرم، وينجس بها ما خالطته من الطعام, بخلاف الخبز ونحوه ما لم يخالطه شيء من ذبائح المشركين فإنه حل لمن أخذه, وهكذا النقود ونحوها كما تقدم والله أعلم.


📔Fathul Majid 145 -147 juz 1 maktabah syamilah

قوله: "من ذبح لغير الله" قال شيخ الإسلام - رحمه الله تعالى -: " {وما أهل به لغير الله} ٦٧ ظاهره: أنه ما ذبح لغير الله، مثل أن يقول: هذا ذبيحة لكذا.
وإذا كان هذا

هو المقصود فسواء لفظ به أو لم يلفظ، وتحريم هذا أظهر من تحريم ما ذبحه للحم وقال فيه: باسم المسيح أو نحوه. كما أن ما ذبحناه متقربين به إلى الله كان أذكى وأعظم مما ذبحناه للحم، وقلنا عليه: بسم الله. فإذا حرم ما قيل فيه باسم المسيح أو الزهرة، فلأن يحرم ما قيل فيه لأجل المسيح أو الزهرة أو قصد به ذلك أولى؛ فإن العبادة لغير الله أعظم كفرا من الاستعانة بغير الله، وعلى هذا فلو ذبح لغير الله متقربا إليه يحرم١ وإن قال فيه باسم الله، كما قد يفعله طائفة من منافقي هذه الأمة الذين يتقربون إلى الكواكب بالذبح والبخور ونحو ذلك٢ وإن كان هؤلاء مرتدين لا تباح ذبيحتهم بحال. لكن يجتمع في الذبيحة مانعان: الأول: أنه مما أهل به لغير الله. والثاني: أنها ذبيحة مرتد. ومن هذا الباب: ما يفعله الجاهلون بمكة من الذبح للجن، ٣ ولهذا روي عن النبي صلي الله عليه وسلم أنه نهى عن ذبائح الجن". اهـ٤.
قال الزمخشري: "كانوا إذا اشتروا دارا أو بنوها أو استخرجوا عينا ذبحوا ذبيحة خوفا أن تصيبهم الجن، فأضيفت إليهم الذبائح لذلك". وذكر إبراهيم المروزي: أن ما ذبح عند استقبال السلطان تقربا إليه، أفتى أهل بخارى
بتحريمه; لأنه مما أهل به لغير الله.



والله اعلم
Diskusihukumfiqh212.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMAKAI CELAK SAAT PUASA

KESIMPULAN TEAM DHF HUKUM MEMAKAI CELAK MATA SAAT BERPUASA ----------------------------- 📝 PERTANYAAN: assalamu'alaikum Bagaimana ...