Label

Selasa, 29 Agustus 2017

khutbah idul adha 1438 H

أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُالحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.


Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban.

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (Al-Hajj: 37)

Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail (‘alaihissalâm). Seorang anak yang ia idam-idamkan bertahun-tahun karena istrinya sekian lama mandul. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa: 

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ.

“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.”

Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar (ghulâm halîm). Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Anak yang saleh itu menjawab, "Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala sang bapak dan anak pasrah kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya ke suatu tumpukan pasir. Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah dan siap disembelih.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Atas kehendak Allah, drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan. Allah berfirman dalam ayat berikutnya:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”

Hadirin,

Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita tarik dari kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual penyembelihan hewan kurban secara umum.

Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla. Nabi Ibrahim yang mendapat julukan “khalilullah” (kekasih Allah) mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak—betapapun mahalnya kita menilai—tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allahlah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan.

Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni pendekatan diri.

Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Tuhannya.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia—sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada zaman dulu—adalah hal yang diharamkan.

Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu bapak, yakni Nabi Adam ‘alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan
kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya.

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya.

Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan, bila masing-masing manusia sekadar memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantre dalam sebuah loket pejuatan tiket, bersedia menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lain-lain. Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Di sinilah perlunya kita “menyembelih” ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena esensi kurban adalah solidaritas sesame dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu a’lam.

Khutbah II


اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

HUKUM PHON SEX/NONTON VIDEO SEX Dll

HUKUM PHON SEX/nonton VIDIO SEX_ dll

PERTANYAAN 
Assalamualaikum wr  wb
Mau tny ustadz
Ap hukum ny SEX PHON????

JAWABAN :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Astaghfirullah.
Hindari nonton film porno baik yang sudah berkeluarga apalagi yang masih single, ini termasuk dalam maksiat mata,
Hindari pula berbicara dan mendengarkan hal2 yg yg tdk ber paidah terlebih hal2 yg mnimbulkan syahwat.
Berbicara kotor dan pembicaraan yg di larang oleh agama
Karna yang demikian mengakibatkan gelap / tertutupnya hati dari menerima ilmu-ilmu ulama atau mengakibatkan putusnya ratusan sel-sel di otak yang berdampak pikun dan sulit untuk berfikir.
Meskipun jika ditelusuri di beberapa kitab ada 'ibaroh yang secara dzohir tidak mengharamkan memandang bayangan yang ada pada cermin sekira tidak timbul syahwat dan fitnah.
Di sisi lain imam Sibramalisi menggeneralisir memandang disertai syahwat hukumnya haram, meskipun pada obyek benda mati.
Pernyataan ini secara tidak langsung memperkuat pendapat Ibnu Hajar. 

REFRENSI
Tuhfatul Muhtaj juz 7 halaman 192 :
ومحل ذلك أى عدم حرمة نظر المثال كما هو ظاهر حيث لم يخش فتنة ولا شهوة -إلى أن قال- وكذا عند النظر بشهوة بأن يلتذ به وإن أمن الفتنة قطعا

- Is’adur Rofiq juz 2 halaman 68
 : خرج مثالها أى العورة فلا يحرم نظره فى نحو مرآة كما أفتى به غير واحد ويؤيد قولهم لو علق الطلاق برؤيتها لم يحنث برؤية خيالها فى نحو مرآة لأنه لم يرها ومحل ذلك أى عدم حرمة نظر المثال كما هو ظاهر حيث لم يخش فتنة ولا شهوة -إلى أن قال- وكذا عند النظر بشهوة بأن يلتذ به وإن أمن الفتنة قطعا -
Hasyiyah Qolyubiy wa 'Umairah juz 3 halaman 209 : ‎8

. حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الثالث صحـ 209 والحاصل أنه يحرم رؤية شيء من بدنها وإن أبين كظفر وشعر عانة وإبط ودم حجم وفصد لا نحو بول كلبن والعبرة في المبان بوقت الإبانة فيحرم ما أبين من أجنبية وإن نكحها ولا يحرم ما أبين من زوجة وإن أبانها وشمل النظر ما لو كان من وراء زجاج أو مهلهل النسج أو في ماء صاف وخرج به رؤية الصورة في الماء أو في المرآة فلا يحرم ولو مع شهوة ويحرم سماع صوتها ولو نحو القرآن إن خاف منه فتنة أو التذ به وإلا فلا والأمرد فيما ذكر كالمرأة Fokus : وخرج به رؤية الصورة في الماء أو في المرآة فلا يحرم ولو مع شهوة

TERKECUALIKAN DARI KEHARAMAN MELIHAT AURAT WANITA TERSEBUT BILAMANA MELIHAT SUATU PANTULAN SOSOK YANG ADA DI AIR [YANG JERNIH] ATAU DI KACA MAKA MELIHATNYA TIDAK DIHARAMKAN KENDATI DISERTAI DENGAN BERSYAHWAT.  INI POIN DARI TA'BIIR (di Qolyubiy).
Namun keterangannya terlalu ringkas, tidak didapati penjabarannya di kitab lain.
Ali Sibramalisi ketika mengomentari imam az-Zarkasyi memilah mendengarkan suara wanita diperbolehkan meskipun merasa betah (iltadza) asal tanpa khawatir timbul fitnah (birahi).
Istilah iltadza cenderung dikonotasikan sebagai syahwat.
dengan demikian bila kita menyimpulkan sementara, al-Qulyubi memperbolehkan melihat bayangan cermin wanita meskipun betah memandangnya asalkan tidak sampai membuat nafsu birahi bergejolak. Sehingga dalam konteks pertanyaan di atas (foto syur) pendapat al-Qulyubi tidak terpakai. Namun di sisi lain Sibramalisi menggeneralisir memandang disertai syahwat hukumnya haram, meskipun pada obyek benda mati.
Pernyataan ini secara tidak langsung memperkuat pendapat Ibnu Hajar.
الكتاب : حاشية الجمل ج8 ص72
وليس الصوت منها فلا يحرم سماعه ما لم يخف منه فتنة وكذا لو التذ به كما بحثه الزركشي ومثلها في ذلك الأمرد ا ه بحروفه وقال ع ش قوله وكذا لو التذ به أي فيجوز لأن اللذة ليست باختيار منه ا ه
الكتاب : حاشية الجمل ج8 ص75 قال ع ش عليه وعمومه يشمل
الجمادات فيحرم النظر إليها بشهوة ا ه
Dalam sumber yg lain
1.1. بريقة محمودية الجزء الرابع صحـ 7
( السادس والخمسون التكلم مع الشابة الأجنبية فإنه لا يجوز بلا حاجة ) لأنه مظنة الفتنة فإن بحاجة كالشهادة والتبايع والتبليغ فيجوز ( حتى لا يشمت ) العاطسة ( ولا يسلم عليها ولا يرد سلامها جهرا بل في نفسه ) إذا سلمت عليه ( وكذا العكس ) أي لا تشمته الشابة الأجنبية إذا عطس قال في الخلاصة أما العطاس امرأة عطست إن كانت عجوزا يرد عليها وإن كانت شابة يرد عليها في نفسه وهذا كالسلام فإن المرأة الأجنبية إذا سلمت على الرجل إن كانت عجوزا رد الرجل عليها السلام بلسانه بصوت يسمع وإن كانت شابة رد عليها في نفسه وكذا الرجل إذا سلم على امرأة أجنبية فالجواب فيه يكون على العكس ( لقوله صلى الله تعالى عليه وسلم واللسان زناه الكلام ) أي يكتب به إثم كإثم الزاني كما في حديث العينان تزنيان واليدان تزنيان والرجلان تزنيان والفرج يزني وما في القنية يجوز الكلام المباح مع المرأة الأجنبية فمحمول على الضرورة أو أمن الشهوة أو العجوز التي ينقطع الميل عنها
1.2. الموسوعة الفقهية الجزء الأول صحـ 12763
الكلام مع المرأة الأجنبية ذهب الفقهاء إلى أنه لا يجوز التكلم مع الشابة الأجنبية بلا حاجة لأنه مظنة الفتنة وقالوا إن المرأة الأجنبية إذا سلمت على الرجل إن كانت عجوزا رد الرجل عليها لفظا أما إن كانت شابة يخشى الافتنان بها أو يخشى افتنانها هي بمن سلم عليها فالسلام عليها وجواب السلام منها حكمه الكراهة عند المالكية والشافعية والحنابلة وذكر الحنفية أن الرجل يرد على سلام المرأة في نفسه إن سلمت عليه وترد هي في نفسها إن سلم عليها وصرح الشافعية بحرمة ردها عليه
1.3. إحياء علوم الدين الجزء الثالث صحـ 99
وهذا يدل على أنه لا يجوز للنساء مجالسة العميان كما جرت به العادة في المأتم والولائم فيحرم على الأعمى الخلوة بالنساء ويحرم على المرأة مجالسة الأعمى وتحديق النظر إليه لغير حاجة وإنما جوز للنساء محادثة الرجال والنظر إليهم لأجل عموم الحاجة
1.4. الجمل الجزء الرابع ص 120
(و) سن (نظر كل) من المرأة والرجل (للآخر بعد قصده نكاحه قبل خطبته غير عورة) في الصلاة وإن لم يؤذن له فيه أو خيف منه الفتنة للحاجة إليه فينظر الرجل من الحرة الوجه والكفين وممن بها رق ما عدا ما بين سرة وركبة كما صرح به ابن الرفعة في الأمة وقال أنه مفهوم كلامهم وهما ينظرانه منه فتعبيري بما ذكر أخذا من كلام الرافعي وغيره أولى من تعبير الأصل كغيره بالوجه والكفين واحتج لذلك بقوله صلى الله عليه وسلم للمغيرة وقد خطب امرأة "انظر إليها فإنه أحرى أن يؤدم بينكما" أي أن تدوم بينكما المودة والألفة رواه الترمذي وحسنه والحاكم وصححه وقيس بما فيه عكسه وإنما اعتبر ذلك بعد القصد لأنه لا حاجة إليه قبله ومراده بخطب في الخبر عزم على خطبتها لخبر أبي داود وغيره "إذا ألقي في قلب امرئ خطبة امرأة فلا بأس أن ينظر إليها" وأما اعتباره قبل الخطبة فلأنه لو كان بعدها لربما أعرض عن منظوره فيؤذيه
(قوله بعد قصده نكاحه إلخ) أي وقد رجا الإجابة رجاء ظاهرا كما قاله ابن عبد السلام لأن النظر لا يجوز إلا عند غلبة الظن المجوز ويشترط أيضا أن يكون عالما بخلوها عن نكاح وعدة تحرم التعريض وإلا فغاية النظر مع علمها به كونه كالتعريض اهـ شرح م ر (قوله : قبل خطبة) فلا يسن بعدها على ما هو ظاهر كلامهم لكن الأوجه كما قال شيخنا استحبابه فالتقييد بالقبلية للأولوية على المعتمد – إلى أن قال – (قوله عزم على خطبتها) أي وإن كانت خطبتها حينئذ غير جائزة بأن كانت معتدة فيجوز له الآن نظر المعتدة لخطبتها بعد العدة وإن كان بإذنها أو علمها بأنه لرغبته في نكاحها ثم رأيت في شرح الإرشاد الصغير ولا بد في حل النظر من تيقن خلوها من نكاح وعدة وخطبة ومن أن يغلب على ظنه أنه يجاب ومن أن يرغب في نكاحها اهـ ومثله في شرح شيخنا لكن قيد العدة بكونها تحرم التعريض اهـ شوبري
Wallahu a'lam

Senin, 28 Agustus 2017

HUKUM ORANG TUA YANG TIDAK ADIL KEPADA ANAK-ANAKANYA

KESIMPULAN TEAM DHF

HUKUM ORANG TUA YG TIDAK ADIL KEPADA ANAK-ANAK NYA
----------------------------------
Pertanyaan

Assalamu'alaikum wr wb..
Nanya ustadz
Bagaimana hukum kalo orangtua gax adil sama anan anaknya

Jawaban

Kesimpulan jawabn dr pertanyaan di atas
_________

Makruh bagi org tua membeda bedakan dlm.pemberian atau hibbah.

Pemberian/hibbah tersebut adalh selain nafkah wajib.

Oelh sebb itu di sunnahkan bagi org tua apa bila.mmberi sesuatu kepada Anak tdk di beda bedakn (harus adil) antara laki2 atau prempuan.

Begitupula makruh bagi org tua membeda bedakan kasih syang terhadap anak nya, lbh mnegunggulkan/mngutamakan 1 dgn yg lain nya.
Atau mmperlakukan scr khusus 1 org dr anak2 lain nya.

Sbb hal tersebut bisa mnyakiti perasaan sang anak lain nya, dan bisa mnimbulkn rasa hasud dan kebencian.

Sbagaimana ditegaskan dlm.hadist Rasulallah :
takut kalian kepada Allah dan berlaku adilah kalian terhadap anak2 kalian.

Demikian pula sebalik nya
Seorg anak juga harus adil terhadpa org tua nya saat mmberi sesuatu tdk.boleh mmbeda bedakan antara kedua nya.

Ringkas nya imam syafii menghukumi makruh tanzih jika org tua tdk.bersikap.adil.terhadap anak2 nya.

Menurt imam ahmad mmberi perhatian khusus dr salah satu ank nya melebihi batas yg di bolehkan adalh haram.
Sbb sejatinya di wajibkam bagi org tua utk berlaku adil terhadap anak2 nya.

Adapun maksud dari adil itu sendiri adalah menyamaratakan pemberian. Dalam hal  sama-sama rata mempunyai dua artian, pertama diratakan nilai dan ukurannya.kedua, di bagi sesuai hukum warisan...

فيض القدير شرح الجامع الصغير للمناوي
1146 - (اﻋﺪﻟﻮا ﺑﻴﻦ ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ ﻓﻲ اﻟﻨﺤﻞ) ﺃﻱ ﺳﻮﻭا ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﻌﻄﺎﻳﺎ ﻭاﻟﻤﻮاﻫﺐ. ﻭاﻟﻨﺤﻞ ﺑﻀﻢ اﻟﻨﻮﻥ ﻭﺳﻜﻮﻥ اﻟﻤﻬﻤﻠﺔ: اﻟﻌﻄﻴﺔ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻮﺽ ﻣﺼﺪﺭ ﻧﺤﻠﺘﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﻄﻴﺔ ﺃﻧﺤﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺎﺡ ﻭاﻻﺳﻢ اﻟﻨﺤﻠﺔ ﺑﺘﺜﻠﻴﺚ اﻟﻨﻮﻥ (ﻛﻤﺎ ﺗﺤﺒﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﻌﺪﻟﻮا ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻓﻲ اﻟﺒﺮ) ﻟﻜﻢ ﺑﺎﻟﻜﺴﺮ اﻹﺣﺴﺎﻥ (ﻭاﻟﻠﻄﻒ) ﺑﻀﻢ ﻓﺴﻜﻮﻥ اﻟﺮﻓﻖ ﺑﻜﻢ. ﻓﺈﻥ اﻧﺘﻈﺎﻡ اﻟﻤﻌﺎﺵ ﻭاﻟﻤﻌﺎﺩ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺪﻭﺭ ﻣﻊ اﻟﻌﺪﻝ ﻭاﻟﺘﻔﺎﺿﻞ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻳﺠﺮ ﺇﻟﻰ اﻟﺸﺤﻨﺎء ﻭاﻟﺘﺒﺎﻏﺾ ﻭﻣﺤﺒﺔ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﻪ ﻭﺑﻐﺾ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻳﺎﻩ ﻭﻳﻨﺸﺄ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ اﻟﻌﻘﻮﻕ ﻭﻣﻨﻊ اﻟﺤﻘﻮﻕ. (ﻃﺐ) ﻭﻛﺬا اﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ (ﻋﻦ اﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﻴﺮ) ﻭﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺣﺴﻦ

121 - (اﺗﻘﻮا اﻟﻠﻪ) الى أن قال (ﻭاﻋﺪﻟﻮا) ﻧﺪﺑﺎ (ﻓﻲ) ﻭﻓﻲ ﺭﻭاﻳﺔ ﺑﻴﻦ (ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ) ﺃﻱ ﺳﻮﻭا ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﻌﻄﻴﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻟﺌﻼ ﻳﻔﻀﻲ اﻟﺘﻔﻀﻴﻞ ﺇﻟﻰ اﻟﻌﻘﻮﻕ ﻭاﻟﺘﺤﺎﺳﺪ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺄﻥ ﻳﺴﻮﻱ ﺑﻴﻦ ﺫﻛﻮﺭﻫﻢ ﻭﺇﻧﺎﺛﻬﻢ ﻭﻗﻴﻞ ﻛﺎﻹﺭﺙ

Focus ke ini

ﻓﻌﺪﻡ اﻟﻌﺪﻝ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﺗﻨﺰﻳﻬﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻟﻤﺎ ﺫﻛﺮ

ﻭﺗﺼﺢ اﻟﻬﺒﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺇﻥ ﺧﺺ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻻ ﻟﻤﻌﻨﻰ ﻓﻴﻪ ﻳﺒﻴﺢ اﻟﺘﻔﻀﻴﻞ ﺣﺮﻡ ﻭﻟﺰﻣﻪ اﻟﺘﺴﻮﻳﺔ ﺇﻣﺎ ﺑﺮﺩ ﻣﺎ ﻓﻀﻞ ﺃﻭ ﺇﺗﻤﺎﻡ ﻧﺼﻴﺐ اﻟﺒﺎﻗﻲ ﻭﻳﺮﺩﻩ ﺧﺒﺮ ﻣﺴﻠﻢ ﺃﺷﻬﺪ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا ﻏﻴﺮﻱ ﺇﺫ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺣﺮاﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺄﺫﻥ ﻟﻪ ﻓﻲ اﺳﺘﺸﻬﺎﺩ ﻏﻴﺮﻩ ﻭاﻣﺘﻨﺎﻋﻪ ﻣﻦ اﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﺗﻮﺭﻉ ﻭﻻ ﻳﻌﺎﺭﺿﻪ ﺭﻭاﻳﺔ ﺇﻧﻲ ﻻ ﺃﺷﻬﺪ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺭ ﻷﻥ اﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﺟﻮﺭ ﺇﺫ اﻟﺠﻮﺭ اﻟﻤﻴﻞ ﻋﻦ اﻻﻋﺘﺪاﻝ ﻭاﻟﻌﺪﻝ ﻣﻠﻜﺔ ﻳﻘﺘﺪﺭ ﺑﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺗﺠﻨﺐ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻠﻴﻖ ﻓﻌﻠﻪ ﺇﺫ ﻫﻮ ﻭﺿﻊ اﻟﺸﻲء ﺑﻤﺤﻠﻪ اﻟﻻﺋﻖ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻧﻔﺲ اﻷﻣﺮ ﻭﺇﺫا ﻃﻠﺐ اﻟﻌﺪﻝ ﺑﻴﻦ اﻷﻭﻻﺩ ﻓﺒﻴﻦ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﺃﻭﻟﻰ ﻓﻬﻮ ﻣﻄﻠﻮﺏ ﺣﺘﻰ ﻓﻲ اﻷﻣﻮﺭ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﻓﻘﺪ ﻧﻘﻞ اﺑﻦ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﻣﺸﺎﻳﺨﻪ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﺴﻢ ﺳﺎﻋﺎﺕ اﻟﻨﻬﺎﺭ ﺑﻴﻦ ﻃﻠﺒﻨﻪ ﺑﺎﻟﺮﻣﻞ ﻓﺈﺫا ﻏﺎﺏ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻋﻦ ﻭﻗﺘﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻪ ﻣﺸﻰ ﺭﻣﻠﻚ ﻭﻻ ﻳﻘﺮﺋﻚ ﺫﻟﻚ اﻟﻴﻮﻡ. (ﻗ) اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ اﻟﻬﺒﺔ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﻔﺮاﺋﺾ (ﻋﻦ اﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﻴﺮ)

Al iqna' 2 hal 369

ﺗ‍‍ﺘ‍‍ﻤ‍‍ﺔ ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﻦ‍ ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺪ ‍ﻭ‍ﺇ‍ﻥ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﺎ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻌ‍‍ﺪ‍ﻝ‍ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺔ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻩ‍ ‍ﺑ‍‍ﺄ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻱ‍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺬ‍ﻛ‍‍ﺮ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﻧ‍‍ﺜ‍‍ﻰ ‍ﻟ‍‍ﺨ‍‍ﺒ‍‍ﺮ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺒ‍‍ﺨ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﻱ‍ ‍ﺍ‍ﺗ‍‍ﻘ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻋ‍‍ﺪ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻛ‍‍ﻢ‍ ‍ﻭ‍ﻳ‍‍ﻜ‍‍ﺮ‍ﻩ‍ ‍ﺗ‍‍ﺮ‍ﻛ‍‍ﻪ‍ ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺬ‍ﺍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺨ‍‍ﺒ‍‍ﺮ
‍ﻭ‍ﻣ‍‍ﺤ‍‍ﻞ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻜ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﻫ‍‍ﺔ ‍ﻋ‍‍ﻨ‍‍ﺪ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺳ‍‍ﺘ‍‍ﻮ‍ﺍﺀ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺤ‍‍ﺎ‍ﺟ‍‍ﺔ ‍ﻭ‍ﻋ‍‍ﺪ‍ﻣ‍‍ﻬ‍‍ﺎ ‍ﻭ‍ﺇ‍ﻟ‍‍ﺎ ‍ﻓ‍‍ﻠ‍‍ﺎ ‍ﻛ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﻫ‍‍ﺔ ‍ﻭ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺫ‍ﻟ‍‍ﻚ‍ ‍ﻳ‍‍ﺤ‍‍ﻤ‍‍ﻞ‍ ‍ﺗ‍‍ﻔ‍‍ﻀ‍‍ﻴ‍‍ﻞ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺼ‍‍ﺤ‍‍ﺎ‍ﺑ‍‍ﺔ ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﻥ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺼ‍‍ﺪ‍ﻳ‍‍ﻖ‍ ‍ﻓ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺴ‍‍ﻴ‍‍ﺪ‍ﺓ ‍ﻋ‍‍ﺎ‍ﺋ‍‍ﺸ‍‍ﺔ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﻏ‍‍ﻴ‍‍ﺮ‍ﻫ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻩ‍ ‍ﻭ‍ﻓ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﻋ‍‍ﻤ‍‍ﺮ ‍ﺍ‍ﺑ‍‍ﻨ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﺎ‍ﺻ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﺑ‍‍ﺸ‍‍ﻲ‍ﺀ ‍ﻭ‍ﻓ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﻋ‍‍ﺒ‍‍ﺪ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﺑ‍‍ﻦ‍ ‍ﻋ‍‍ﻤ‍‍ﺮ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﺾ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻩ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﻀ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﺭ‍ﺿ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﺗ‍‍ﻌ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﻰ ‍ﻋ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﺃ‍ﺟ‍‍ﻤ‍‍ﻌ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍
‍ﻭ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻳ‍‍ﻀ‍‍ﺎ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻱ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﻟ‍‍ﺪ ‍ﺇ‍ﺫ‍ﺍ ‍ﻭ‍ﻫ‍‍ﺐ‍ ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺪ‍ﻳ‍‍ﻪ‍ ‍ﺷ‍‍ﻴ‍‍ﺌ‍‍ﺎ ‍ﻭ‍ﻳ‍‍ﻜ‍‍ﺮ‍ﻩ‍ ‍ﻟ‍‍ﻪ‍ ‍ﺗ‍‍ﺮ‍ﻙ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺘ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻳ‍‍ﺔ ‍ﻛ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﺮ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ ‍ﻓ‍‍ﺈ‍ﻥ‍ ‍ﻓ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﺃ‍ﺣ‍‍ﺪ‍ﻫ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻓ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﻡ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﻰ ‍ﻟ‍‍ﺨ‍‍ﺒ‍‍ﺮ ‍ﺇ‍ﻥ‍ ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺎ ‍ﺛ‍‍ﻠ‍‍ﺜ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺒ‍‍ﺮ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺈ‍ﺧ‍‍ﻮ‍ﺓ ‍ﻭ‍ﻧ‍‍ﺤ‍‍ﻮ‍ﻫ‍‍ﻢ‍ ‍ﻟ‍‍ﺎ ‍ﻳ‍‍ﺠ‍‍ﺮ‍ﻱ‍ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍‍ﻫ‍‍ﻢ‍ ‍ﻫ‍‍ﺬ‍ﺍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺤ‍‍ﻜ‍‍ﻢ‍ ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ ‍ﺷ‍‍ﻚ‍ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺘ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻳ‍‍ﺔ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﻣ‍‍ﻄ‍‍ﻠ‍‍ﻮ‍ﺑ‍‍ﺔ ‍ﻟ‍‍ﻜ‍‍ﻦ‍ ‍ﺩ‍ﻭ‍ﻥ‍ ‍ﻃ‍‍ﻠ‍‍ﺒ‍‍ﻬ‍‍ﺎ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﺻ‍‍ﻮ‍ﻝ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻔ‍‍ﺮ‍ﻭ‍ﻉ‍ ‍ﻭ‍ﺃ‍ﻓ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺒ‍‍ﺮ ‍ﺑ‍‍ﺮ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺪ‍ﻳ‍‍ﻦ‍ ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﺈ‍ﺣ‍‍ﺴ‍‍ﺎ‍ﻥ‍ ‍ﺇ‍ﻟ‍‍ﻴ‍‍ﻬ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻭ‍ﻓ‍‍ﻌ‍‍ﻞ‍ ‍ﻣ‍‍ﺎ ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﺮ‍ﻫ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻄ‍‍ﺎ‍ﻋ‍‍ﺔ ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﺗ‍‍ﻌ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﻰ ‍ﻭ‍ﻏ‍‍ﻴ‍‍ﺮ‍ﻫ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻟ‍‍ﻴ‍‍ﺲ‍ ‍ﺑ‍‍ﻤ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻲ‍ ‍ﻋ‍‍ﻨ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﻋ‍‍ﻘ‍‍ﻮ‍ﻕ‍ ‍ﻛ‍‍ﻞ‍ ‍ﻣ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻜ‍‍ﺒ‍‍ﺎ‍ﺋ‍‍ﺮ ‍ﻭ‍ﻫ‍‍ﻮ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﺆ‍ﺫ‍ﻳ‍‍ﻪ‍ ‍ﺃ‍ﺫ‍ﻯ ‍ﻟ‍‍ﻴ‍‍ﺲ‍ ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﻣ‍‍ﺎ ‍ﻟ‍‍ﻢ‍ ‍ﻳ‍‍ﻜ‍‍ﻦ‍ ‍ﻣ‍‍ﺎ ‍ﺁ‍ﺫ‍ﺍ‍ﻩ‍ ‍ﺑ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﺟ‍‍ﺒ‍‍ﺎ ‍ﻭ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﺔ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻘ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﺑ‍‍ﺔ ‍ﻭ‍ﻫ‍‍ﻲ‍ ‍ﻓ‍‍ﻌ‍‍ﻠ‍‍ﻚ‍ ‍ﻣ‍‍ﻊ‍ ‍ﻗ‍‍ﺮ‍ﻳ‍‍ﺒ‍‍ﻚ‍ ‍ﻣ‍‍ﺎ ‍ﺗ‍‍ﻌ‍‍ﺪ ‍ﺑ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﺎ ‍ﻣ‍‍ﺄ‍ﻣ‍‍ﻮ‍ﺭ ‍ﺑ‍‍ﻬ‍‍ﺎ ‍ﻭ‍ﺗ‍‍ﺤ‍‍ﺼ‍‍ﻞ‍ ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﻤ‍‍ﺎ‍ﻝ‍ ‍ﻭ‍ﻗ‍‍ﻀ‍‍ﺎﺀ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺤ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﺋ‍‍ﺞ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺰ‍ﻳ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﺓ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻤ‍‍ﻜ‍‍ﺎ‍ﺗ‍‍ﺒ‍‍ﺔ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻤ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﺔ ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﺴ‍‍ﻠ‍‍ﺎ‍ﻡ‍ ‍ﻭ‍ﻧ‍‍ﺤ‍‍ﻮ ‍ﺫ‍ﻟ‍‍ﻚ‍

Al fiqhul.minhaji 6 hal 131

ﺍ‍ﻟ‍‍ﺘ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻳ‍‍ﺔ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺔ ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﺄ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ ‍ﻭ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﺎ‍ﻳ‍‍ﺎ‍ﻫ‍‍ﻢ‍:
‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻤ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﺩ ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺎ‍ﺕ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻌ‍‍ﻄ‍‍ﺎ‍ﻳ‍‍ﺎ ‍ﻫ‍‍ﻨ‍‍ﺎ ‍ﻏ‍‍ﻴ‍‍ﺮ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻨ‍‍ﻔ‍‍ﻘ‍‍ﺔ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﺟ‍‍ﺒ‍‍ﺔ, ‍ﻓ‍‍ﻲ‍‍ﺳ‍‍ﺘ‍‍ﺤ‍‍ﺐ‍ ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻮ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺪ - ‍ﺇ‍ﺫ‍ﺍ ‍ﺃ‍ﺭ‍ﺍ‍ﺩ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﻬ‍‍ﺐ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻩ‍ ‍ﻭ‍ﻳ‍‍ﻌ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ - ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﺴ‍‍ﻮ‍ﻱ‍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺔ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻌ‍‍ﻄ‍‍ﺎﺀ ‍ﺫ‍ﻛ‍‍ﻮ‍ﺭ‍ﺍ ‍ﻛ‍‍ﺎ‍ﻧ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺃ‍ﻡ‍ ‍ﺇ‍ﻧ‍‍ﺎ‍ﺛ‍‍ﺎ, ‍ﻛ‍‍ﺒ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﺍ ‍ﺃ‍ﻡ‍ ‍ﺻ‍‍ﻐ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﺍ, ‍ﻭ‍ﺫ‍ﻟ‍‍ﻚ‍ ‍ﺗ‍‍ﻤ‍‍ﺘ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﺎ ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻤ‍‍ﺤ‍‍ﺒ‍‍ﺔ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍‍ﻣ‍‍ﺎ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍. ‍ﻭ‍ﻳ‍‍ﻜ‍‍ﺮ‍ﻩ‍ ‍ﻟ‍‍ﻪ‍ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﻤ‍‍ﻴ‍‍ﺰ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍, ‍ﻭ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﻳ‍‍ﻔ‍‍ﻀ‍‍ﻞ‍ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﻀ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﺾ‍, ‍ﺑ‍‍ﺰ‍ﻳ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﺓ ‍ﺃ‍ﻭ ‍ﺧ‍‍ﺼ‍‍ﻮ‍ﺻ‍‍ﻴ‍‍ﺔ, ‍ﻟ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻳ‍‍ﺆ‍ﺩ‍ﻱ‍ ‍ﺇ‍ﻟ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﺫ‍ﻟ‍‍ﻚ‍ ‍ﻣ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺤ‍‍ﺴ‍‍ﺪ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﻭ‍ﺑ‍‍ﻐ‍‍ﺾ‍ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﻀ‍‍ﻬ‍‍ﻢ‍ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﻀ‍‍ﺎ, ‍ﻭ‍ﺗ‍‍ﻔ‍‍ﻜ‍‍ﻚ‍ ‍ﺭ‍ﻭ‍ﺍ‍ﺑ‍‍ﻂ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﺳ‍‍ﺮ‍ﺓ.
‍ﺭ‍ﻭ‍ﻯ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺒ‍‍ﺨ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﻱ‍ ‍ﻭ‍ﻣ‍‍ﺴ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍ ‍ﻋ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻨ‍‍ﻌ‍‍ﻤ‍‍ﺎ‍ﻥ‍ ‍ﺑ‍‍ﻦ‍ ‍ﺑ‍‍ﺸ‍‍ﻴ‍‍ﺮ ‍ﺭ‍ﺿ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻨ‍‍ﻬ‍‍ﻤ‍‍ﺎ ‍ﻗ‍‍ﺎ‍ﻝ‍: ‍ﺃ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﺎ‍ﻧ‍‍ﻲ‍ ‍ﺃ‍ﺑ‍‍ﻲ‍ ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺔ, ‍ﻓ‍‍ﻘ‍‍ﺎ‍ﻟ‍‍ﺖ‍ ‍ﻋ‍‍ﻤ‍‍ﺮ‍ﺓ ‍ﺑ‍‍ﻨ‍‍ﺖ‍ ‍ﺭ‍ﻭ‍ﺍ‍ﺣ‍‍ﺔ: ‍ﻟ‍‍ﺎ ‍ﺃ‍ﺭ‍ﺿ‍‍ﻲ‍ ‍ﺣ‍‍ﺘ‍‍ﻰ ‍ﺗ‍‍ﺸ‍‍ﻬ‍‍ﺪ ‍ﺭ‍ﺳ‍‍ﻮ‍ﻝ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ - ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍ -, ‍ﻓ‍‍ﺄ‍ﺗ‍‍ﻰ ‍ﺭ‍ﺳ‍‍ﻮ‍ﻝ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ - ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍ - ‍ﻓ‍‍ﻘ‍‍ﺎ‍ﻝ‍: ‍ﺇ‍ﻧ‍‍ﻲ‍ ‍ﺃ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺖ‍ ‍ﺍ‍ﺑ‍‍ﻨ‍‍ﻲ‍ ‍ﻣ‍‍ﻦ‍ ‍ﻋ‍‍ﻤ‍‍ﺮ‍ﺓ ‍ﺑ‍‍ﻨ‍‍ﺖ‍ ‍ﺭ‍ﻭ‍ﺍ‍ﺣ‍‍ﺔ ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺔ, ‍ﻓ‍‍ﺄ‍ﻣ‍‍ﺮ‍ﺗ‍‍ﻨ‍‍ﻲ‍ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﺃ‍ﺷ‍‍ﻬ‍‍ﺪ‍ﻙ‍ ‍ﻳ‍‍ﺎ ‍ﺭ‍ﺳ‍‍ﻮ‍ﻝ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍, ‍ﻓ‍‍ﻘ‍‍ﺎ‍ﻝ‍: " ‍ﺃ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺖ‍ ‍ﺳ‍‍ﺎ‍ﺋ‍‍ﺮ ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺪ‍ﻙ‍ ‍ﻣ‍‍ﺜ‍‍ﻞ‍ ‍ﻫ‍‍ﺬ‍ﺍ? " ‍ﻗ‍‍ﺎ‍ﻝ‍ ‍ﻟ‍‍ﺎ, ‍ﻓ‍‍ﻘ‍‍ﺎ‍ﻝ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻨ‍‍ﺒ‍‍ﻲ‍ - ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍ - " ‍ﻓ‍‍ﺎ‍ﺗ‍‍ﻘ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺍ‍ﻋ‍‍ﺪ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻛ‍‍ﻢ‍" ‍ﻗ‍‍ﺎ‍ﻝ‍: ‍ﻓ‍‍ﺮ‍ﺟ‍‍ﻊ‍ ‍ﻓ‍‍ﺮ‍ﺩ ‍ﻋ‍‍ﻄ‍‍ﻴ‍‍ﺘ‍‍ﻪ‍ (‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺒ‍‍ﺨ‍‍ﺎ‍ﺭ‍ﻱ‍ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺔ, ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﺏ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺈ‍ﺷ‍‍ﻬ‍‍ﺎ‍ﺩ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺔ, ‍ﺭ‍ﻗ‍‍ﻢ‍: ٢٤٤٧. ‍ﻭ‍ﻣ‍‍ﺴ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺎ‍ﺕ‍, ‍ﺑ‍‍ﺎ‍ﺏ‍: ‍ﻛ‍‍ﺮ‍ﺍ‍ﻫ‍‍ﻴ‍‍ﺔ ‍ﺗ‍‍ﻔ‍‍ﻀ‍‍ﻴ‍‍ﻞ‍ ‍ﺑ‍‍ﻌ‍‍ﺾ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺄ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ ‍ﻓ‍‍ﻲ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻬ‍‍ﺒ‍‍ﺔ, ‍ﺭ‍ﻗ‍‍ﻢ‍: ١٦٢٣)

Al mu'jam kabier 21 hal 80. Hadist ke 77 (maktabah syamilah)

Hadist ke 75

........................
ﻗ‍‍ﺎ‍ﻝ‍ ‍ﺭ‍ﺳ‍‍ﻮ‍ﻝ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍: «‍ﻓ‍‍ﺎ‍ﻋ‍‍ﺪ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻛ‍‍ﻢ‍

Hadist.ke 77

٧٧ - ‍ﺣ‍‍ﺪ‍ﺛ‍‍ﻨ‍‍ﺎ ‍ﺣ‍‍ﻔ‍‍ﺺ‍ ‍ﺑ‍‍ﻦ‍ ‍ﻋ‍‍ﻤ‍‍ﺮ ‍ﺑ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺼ‍‍ﺒ‍‍ﺎ‍ﺡ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺮ‍ﻗ‍‍ﻲ‍, ‍ﺛ‍‍ﻨ‍‍ﺎ ‍ﺃ‍ﺑ‍‍ﻮ ‍ﺣ‍‍ﺬ‍ﻳ‍‍ﻔ‍‍ﺔ (١) , [‍ﺹ‍: ٨١] ‍ﺛ‍‍ﻨ‍‍ﺎ ‍ﺱ‍‍ﻓ‍‍ﻲ‍‍ﺍ‍ﻥ‍ (٢) , ‍ﻋ‍‍ﻦ‍ ‍ﺟ‍‍ﺎ‍ﺑ‍‍ﺮ (٣) , ‍ﻋ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﺸ‍‍ﻌ‍‍ﺒ‍‍ﻲ‍, ‍ﻋ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻨ‍‍ﻌ‍‍ﻤ‍‍ﺎ‍ﻥ‍ ‍ﺑ‍‍ﻦ‍ ‍ﺑ‍‍ﺸ‍‍ﻴ‍‍ﺮ, ‍ﻋ‍‍ﻦ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻨ‍‍ﺒ‍‍ﻲ‍ ‍ﺻ‍‍ﻠ‍‍ﻰ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻋ‍‍ﻠ‍‍ﻴ‍‍ﻪ‍ ‍ﻭ‍ﺳ‍‍ﻠ‍‍ﻢ‍, ‍ﻗ‍‍ﺎ‍ﻝ‍: «‍ﺇ‍ﻥ‍ ‍ﺍ‍ﻟ‍‍ﻠ‍‍ﻪ‍ ‍ﻳ‍‍ﺤ‍‍ﺐ‍ ‍ﺃ‍ﻥ‍ ‍ﺗ‍‍ﻌ‍‍ﺪ‍ﻟ‍‍ﻮ‍ﺍ ‍ﺑ‍‍ﻴ‍‍ﻦ‍ ‍ﺃ‍ﻭ‍ﻟ‍‍ﺎ‍ﺩ‍ﻛ‍‍ﻢ‍» .

Wallahu a'lam

HUKUM MENYEMBELIH AYAM YANG TERPOTONG PANGKAL LIDAH

KESIMPULAN TEAN DHF
*HUKUM KENYEMBELEIH AYAM YANG TERPITONG PANGKAL LIDAH *
================================
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.langsung saja pada permasalahan ustadz.tentang hukum panyembelihan.ada seseorang menyembelih ayam .terus habis disembelih diketahui kalau khuldinya ikut ke leher bagian bawah. Hal tersebut ada seseorang yg mengatakan bahwa ayam tersebut haram dimakan dan disuruh buang.karna khuldinya ikut ke leher bagian bawah.bukan ikut ke leher bagian atas.mohon penjelasannya ustadz.sekaligus dg ibaratnya atau dalil hukumnya.sebelumnya disampaikan terimakasih banyak.ws.wr.wb.
JAWAB:
Menyembelih ayam klo yg kenak di bagian pangkal lidah itu trmsuk bangkai, itu dlm istilah org madura di sbut MUDHER, jd hrs hati2 saat nyembelih lebih2 ayam jantan, sgt rawan klo mau di sembelih biasanya saat berbunyi keok2 lidahnya lgsg mundur ke belakang, caranya lidah tsb di tarik lalu di jepitkan ke batoknya.
Berikut penjelasan sembelihan yg sempurna dlm kitab Kifayatul akhyar.
juz 2 hal 223
وكمال الذكات اربعةاشياء قطع الحلقوم والمرئ والوداجين والمجزئ منها شيئان قطع الحلقوم والمرئ
Paling sempurnanya sembelihan ada 4 psrkara,
1.putusnya HALQUM (tenggorokan jalanya nafas)
.2.MAR'I (kerongkongan jalanya makanan)
3dn4. Dua urat leher,
tp yg mencukupi ada dua perkara, 1.putusnya halqum 2.putusnya mar'i
Kmudian dlm lajutan ta'bir itu ada sbutan
فلابدمن قطع جميعهما الخ
Maka tidak boleh tdk untuk memutuskan ke dua2nya,
nah.. Jk yg di sembelih pangkal lidah apalagi di atasnya, jls kedua halqum dn mar'i tidak terkena sembelihan, krn keduanya ada di bawah pangkal lidah
Sehingga dalam permasalahan di atas tdk mencukupi syarat sembelihan.
Maka jelasa hukum nya mnjaDi bangkai dan haram di konsumsi.
Perlu di fahami:
Bhw terkadang ada sebagian yg berasumsi bhw sembelihan yg terputus pangkal lidah nya adalh khilafiyah.
Pendapat tersebut perlu kami luruskan.
Bahwa tidk zempurna dlm sembelihan dn salah tempat dlm sembelihan itu ber beda,
Sbb sembelihan di pangkal lidah itu jls salah tempat krn yg di lukai bukan halqum dan mar'i,
sdangkan sembelihan di bawah pangkal lidah namun tdk sempurna memang khilaf,
ini ta'birny, jg dlm kifayatul akhyar dlm rentetan ta'bir di atas
وفي وجه ان اليسير لابضر واختاره الروياني
Jd mnurut sbagian qoul jk ada sisa sedikit dr salah satu halqum dn mar'i tdak apa2
Pendapat ini di pilih oleh imam Ruyani
Bahkan dlm lanjutan ta'bir tersebut ada kalimat
قال الاصطخري يكفي قطع الحلقوم أوالمرئ لأن الحيات تفقد بفقد احدهما وهوضعيف
Menurut iman ishtokhri cukup memutuskan salah satu halqum atau mar'i, sbb dgn memutuskan salah satunya maka khidupan hewan sembelihan akan hilang, namun ini pendapat lemah.
Wal hasil pendapat yang unggul dan dapat di jadikan acuan adalh sembelihan tersebut tdk sempurna sehingga di hukumi bangkai dan haram di konsumsi.

Fathul Qorib Syarah Matan Taqrib, Hal : 306-307
وكمال الذكاة أربعة أشياء قطع الحلقوم والمريء والودجين والمجزئ منها شيئان قطع الحلقوم والمريء
.....................................
وكمال الذكاة)، وفي بعض النسخ «ويستحب في الذكاة» (أربعة أشياء): أحدها (قطع الحُلْقُوم)، بضم الحاء المهملة؛ وهو مجرى النفس دخولا وخروجا. (و) الثاني قطع (المَريء) بفتح ميمه وهمز آخره، ويجوز تسهيله، وهو مجرى الطعام والشراب من الحلق إلى المعدة، والمريء تحت الحلقوم. ويكون قطع ما ذكر دفعة واحدة، لا في دفعتين؛ فإنه يحرم المذبوح حينئذ. ومتى بقي شيء من الحلقوم والمريء لم يحلَّ المذبوح. (و) الثالث والرابع (الوَدَجين) بواو ودال مفتوحتين، تثنية ودَج، بفتح الدال وكسرها؛ وهما عرقان في صفحتي العنق محيطان بالحلقوم. (والمجزئ منها) أي الذي يكفي في الذكاة (شيئان: قطع الحلقوم، والمريء) فقط. ولا يسن قطع ما وراء الودجين

Kifayatul Akhyar, Juz : 1 Hal : 516-517
إذا عرفت أن الذكاة في الشرع قطع مخصوص فهذا المقطوع تارة يكون معتبرا للفضيلة وتارة يكون معتبرا لأجل الأجزاء فالمعتبر لأجل الأجزاء قطع جميع الحلقوم والمريء فالحلقوم هو مجرى النفس خروجا ودخولا والمريء مجرى الطعام والشراب وهو تحت الحلقوم وراءهما عرقان في صفحتي العنق يحيطان بالحلقوم وقيل بالمرىء يقال لهما الودجان فيستحب قطع الودجين مع الحلقوم والمريء لأنه أوحي والغالب أنهما ينقطعان بقطع الحلقوم والمريء فإن تركهما جاز ولو ترك شيئا يسيرا من الحلقوم أو المريء ومات الحيوان فهو ميتة
Al-Iqna' Lisy-Syarbini, Juz : 2 Hal : 577
تنبيه : مراد المصنف أن قطع هذه الأربعة مستحب, لا أن قطع كل واحد مستحب على انفراده من غير قطع الباقي إذ قطع الحلقوم والمريء واجب
At-Tadzhib Fi Adillati Matnil Ghoyah Wat-Taqrib, Hal : 237
وكمال الذكاة أربعة أشياء : 1 - قطع الحلقوم, 2 – والمريء, 3 - 4 - والودجين (1), والمجزئ منها شيئان : 1 - قطع الحلقوم
2 - والمريء (2)
....................................
1) وهي مجرى النفس، ومجرى الطعام، ومجريا الدم على صفحتي العنق، وقطع الجميع كاملة مستحب، لأنه أسهل في خروج الروح، فهو من الإحسان إلى الذبيحة، في الذبح. وفي الحديث: (كل ما أفرى الأوداج) (ذكره ابن الأثير في النهاية، مادة ودج) أي كل ما ذبح بما قطع العروق، وهذه الأربع كلها عروق
2) روى البخاري (2356) ومسلم (1968) عن رافع بن خديج رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكلوه). دل الحديث على أنه بجزىء في الذبح ما ينهر الدم، أي يسيله بقوة، وقطع الحلقوم والمريء ينهر الدم، فأجزأ في الذبح. ولأن الحياة تفقد بقطعهما وتوجد بسلامتهما غالبا
Wallahu a'lam

Sabtu, 26 Agustus 2017

HUKUM MEMPERCAYAI HARI BAIK

KESIMPULAN TEAM DHF
HUKUM MEMPERCAYAI HARI TIDAK BAIK
--------------------------------
PERTANYAAN
Assalamu alaikum wr wb..
Maog tanya ustdz, sebagian dari orang islam mempercayai dng ada nya hari sial..
Bagaimana hukum nya mempercayai hal hal tersebut secara syara'?..
JAWAB PARA MUJAWWIB DHF
وعليكم السلام ورحمةالله وبركاته
KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-3
Di Surabaya Pada Tanggal 12 Rabiuts Tsani 1347 H. / 28 September 1928 M.
58
. Mempercayai Hari Naas
Pertanyaan: Bolehkah berkeyakinan terhadap hari naas, misalnya hari ketiga atau keempat pada tiap-tiap bulan, sebagaimana tercantum dalam kitab Lathaiful Akbar?
Jawaban: Muktamar memilih pendapat yang tidak membolehkan.
Keterangan, dalam kitab:
1. Al-Fatawa Al-Haditsiyah, hal. 28
ﻣَﻦْ ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺤْﺲِ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﻳُﺠَﺎﺏُ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟْﺈِﻋْﺮَﺍﺽِ ﻋَﻨﻪُ ﻭَﺗَﺴْﻔِﻴْﻪِ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻪُ ﻭَﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻟَﻪُ ﻗُﺒْﺤَﻪُ، ﻭَﺃََﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮْﺩِ ﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﻫَﺪْﻱِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﺍﻟﻤﺘﻮﻛﻠﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺧﺎﻟﻘﻬﻢ ﻭﺑﺎﺭﺋﻬﻢ ﺍﻟَّﺬﻳﻦ ﻟَﺎ ﻳَﺤْﺴَﺒُﻮْﻥَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ . ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻨْﻘَﻞُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻤَﻨْﻘُﻮْﻃَﺔِ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻫَﺎ ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲٍّ ﻛَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻛَﺬِﺏٌ ﻟَﺎ ﺃَﺻْﻞَ ﻟَﻪُ ﻓَﻠْﻴَﺤْﺬَﺭْ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ
Barangsiapa yang bertanya tentang hari sial dan sesudahnya maka tidak perlu dijawab, melainkan dengan berpaling, menganggap bodoh tindakannya dan menjelaskan keburukannya, dan menjelaskan bahwa semua itu merupakan kebiasaan orang yahudi, bukan petunjuk bagi orang Islam yang bertawakal kepada penciptanya yang tidak pernah menggunakan hisab (perhitungan hari baik dan buruk).
Sedangkan keterangan menegenai hari-hari apes dan semacamnya yang dinukil dari Ali karramallahu wajhah adalah batil dan merupakan suatu kebohongan yang tidak memiliki dasar, karena itu berhati-hatilah kalian dari hal-hal tersebut.

من يسأل عن النحس ومابعده لإيجاب الأعراض عنه وتصفيه مافعله ويبين قبحه وإن ذلك من سنة اليهود لا من هدي المسلمين المتوكلين على خالقهم وبارئهم الذين لايحسبون وعلى ربهم يتوكلون. وما ينقلب من الأيام المنقوطة ونحوها عن علي حرم الله وجهه باطل كذب لاأصل له فليحذر من ذلك.
Kalau meyakini kejadian baik dan buruk akibat pengaruh hari-hari tersebut bisa di hukumi kufur, tapi kalau hanya terkait secara ‘ady (kejadian umum) serta dimungkinkan kedua hal tersebut tidak menimb…ulkan keterkaitan sama sekali maka Boleh
(مسألة) إذا سأل رجل اخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج إلي جواب لان الشارع نهي عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه ان كان المنجم يقول ويعتقد انه لايؤثر الا الله ولكن أجري الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا . والمؤثر هو الله عز وجل. فهذه عندي لابأس فيه وحيث جاء الذم يحمل علي من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات . وافتي الزملكاني بالتحريم مطلقا. اهـ
“Apabila seseorang bertanya pada orang lain, apakah malam ini baik untuk di gunakan akad nikah atau pindah rumah maka pertanyaan seperti tidak perlu dijawab, karena nabi pembawa syariat melarang meyakini hal semacam itu dan mencegahnya dengan pencegahan yang sempurna maka tidak ada pertimbangan lagi bagi orang yang masih suka mengerjakannya, Imam Ibnu Farkah menuturkan dengan menyadur pendapat Imam syafii : Bila ahli nujum tersebut meyakini bahwa yang menjadikan segala sesuatu hanya Allah hanya saja Allah menjadikan sebab akibat dalam setiap kebiasaan maka keyakinan semacam ini tidak apa-apa yang bermasalah dan tercela adalah bila seseorang berkeyakinan bahwa bintang-bintang dan makhluk lain adalah yang mempengaruhi akan terjadinya sesuatu itu sendiri (bukan Allah)”
Ghayat al Talkhis al Murad Hal 206

تحفة المريد ص : 58
فمن اعتقد أن الأسباب العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة ومن اعتقد أن المؤثر هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى إن شاء الله إهـ
“Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,
atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah didalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya,
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah” Tuhfah alMuriid 58.
Wallaahu A’lamu bis Showaab

WANITA YANG HAMIL TANPA MENIKAH

KESIMPULAN TEAM DHF
WANITA YANG HAMIL TANPA MENIKAH
---------------------------------
PERTANYAAN
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Pertanyaan titipan.
Apakah wanita yang masih perawan bisa hamil. Meskipun ke perawanan nya masih utuh.?
Mohon jawaban nya para ust.
JAWABAN PARA MUJAWWIB DHF
وعليكم السلام ورحمةالله وبركاته
Dalm tafsir ibnu katsir
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا (16) فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا (17) قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا (18) قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لأهَبَ لَكِ غُلامًا زَكِيًّا (19) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (21) }
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” Ia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata, "Demikianlah; Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan'.”
Setelah Allah menceritakan kisah Zakaria a.s., bahwa Allah telah menciptakan bagi Zakaria a.s. —di saat ia telah berusia lanjut dan istrinya mandul— seorang putra yang suci, bersih lagi diberkati. Lalu dalam firman selanjutnya Allah menceritakan kisah Maryam dan penciptaan putranya (yaitu Isa a.s.) tanpa melalui proses seorang ayah. Kedua kisah tersebut mempunyai kemiripan dan kesamaan. Hal yang sama telah disebutkan pula di dalam surat Ali Imran, juga surat Al-Anbiya secara beriringan, mengingat kedua kisah mempunyai keanehan yang sama. Hal tersebut dimaksudkan untuk membuktikan kepada hamba-hamba-Nya akan kekuasaan Allah, kebesaran dan keagungan-Nya, dan bahwa Allah Maha Kuasa untuk menciptakan segala yang dikehendaki-Nya.
قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا
Maryam 20.
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"
Rincian nya
قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ }
Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki. (Maryam: 20)
Maryam merasa heran dengan berita tersebut, maka ia mengatakan, "Bagaimana aku bisa punya anak laki-laki," dengan cara apakah akan terjadi kelahiran anak laki-laki seperti itu dariku, padahal aku bukanlah wanita yang bersuami, dan mustahil aku berbuat lacur. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Maryam berkata:
{وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا}
sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina. (Maryam: 20)
Al-bagyu artinya zina.
Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Saw. melarang (memakan) maskawin pelacuran, yakni imbalan yang diberikan kepada pelacur.
{قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ}
Jibril berkata, "Demikianlah, Tuhanmu berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku'.” (Maryam: 21)
Maka Malaikat itu berkata kepadanya dalam menjawab pertanyaannya, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Dia akan menciptakan darimu seorang anak laki-laki, sekalipun kamu tidak punya suami dan kamu tidak pernah melakukan perbuatan lacur." Karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa terhadap semua apa yang dikehendaki­Nya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ}
dan agar Kami menjadikannya suatu tanda. (Maryam: 21)
Yaitu petunjuk dan tanda bagi manusia tentang kekuasaan Pencipta mereka yang meragamkan proses penciptaan makhluk-Nya. Dia menciptakan bapak mereka (Adam) tanpa melalui ayah dan ibu, dan Dia menciptakan istrinya (Hawa) melalui laki-laki tanpa wanita. Dan Dia menciptakan keturunannya melalui laki-laki dan wanita, kecuali Isa, karena sesungguhnya Dia menciptakan Isa melalui wanita saja, tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah keempat proses penciptaan ini yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh­Nya; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia.

HUKUM MEMBACAAN AL-QUR'AN DENGAN LANGGAM JAWA

KESIMPULAN TEAM DHF
HUKUM MEMBACAAN AL-QUR'AN DENGAN LANGGAM JAWA
--------------------------------
PERTANYAAN
Assalamu'alaikum ustd/ ustz.
Baru baru ini kita dihebohkan berita pembacaan al Qur'an dengan lagam jawa di istana negara.
Apa hukum melantunkan al Qur'an dengan lagam tersebut?
JAWABAN PARA MUJAWWIB DHF
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
1. Fatwa Al-Habib Zein bin Smith Hafidzahullah dari Madinah
Fenomena Baca Al-qur’an dengan Langgam jawa yang rame di bincangkan di negeri Kita indonesia, menarik perhatian dari salah satu Alumni penuntut ilmu di Kota Madinah, di Al-allamah, Al-faqih, Al-murabbi, Ad-da’i Ilallah, Al-habib, Zein bin smith Hafidzahullah. sehingga beliau memutuskan untuk menjumpai dan bertanya langsung kepada beliau.
Namun Sebelum Beliau menemui Al-habib Zein bin smith Hafidzahullah, terlebih dahulu beliau menemui dan meminta pandangan dari Murid senior dan Murid kesayangan Al-habib Zein bin Ibrahim bin smith, Yaitu Al-habib Abdullah Ba’abud.
Begini kronologi nya. Waktu di Rubat saya hadir maulid malam jumat dengan Habib Abdullah ba’bud dan saya bertanya juga mengenai baca Al-qur’an dengan Lagu jawa itu.
Beliau menjawab : (ini sebelum saya bertemu habib zein) beliau menjawab didepan saya dan ust irbab.
إذا فتحنا باب الجواز في اداء القراءن بنغم إقليمية مثل نغم الجاوية، فقد فتحنا فجوة للناس فيتسهلون فيه، فصار القراءن بلا معنى مع ان اﻷنغم المشهورة في العالم تدرس مثل صبا والحجازهذه اﻷنغم إذا قرئ القراءن بها قد تجيل بها القلوب وتزرف العيون
قلت يا سيدي : هل كان هذا من باب سد الذريعة ؟
قال الحبيب عبد الله باعبود . نعم.
Jika Kita buka pintu kebolehan dalam menunaikan bacaan dengan lagu-lagu daerah seperti langgam jawa, maka kita telah membuka celah bagi Manusia sehingga mereka menganggap enteng dalam bacaan Al-qur’an. Sehingga Al-qur’an tak ada makna nya. padahal lagu-lagu yang Masyhur di dunia di pelajari seperti lagu Shoba dan lagu Hijaz.
Jika Al-qur’an di baca dengan lagu-lagu ini (Shoba atau hijaz) mampu membuat Hati bergetar, dan Membuat Air mata mengalir,
Aku bertanya wahai Tuan ku, adakah lagu-lagu (langgam jawa) itu bagian dari mencegah jalan yang bisa mengakibatkan kerusakan?
Habib Abdullah Ba’bud menjawab ” Iya”. kemudian Saat menjumpai Al-habib Zein Hafidzahullah
Saat saya bertanya ada tiga orang thalabah yaitu , sopir, terus dua Orang thalabah yang biasa mengawal beliau.
يا سيدي قد عقدت جلسة جمهورية حضرها وجوه من كبار المسؤوليين الجمهورية . وأفتتحت الجلسة بقراءة القران على نغم الجاوية.
هذه اﻷنغم غير مشهورة ومعترفة وغير مستعملة عند القراء في العالم . هذه اﻷنغم أكثرها تستعمل في قراءة أناشيد الجاوية والقصص فما حكم في ذلك ؟
الجواب : الحبيب يبتسم قبل الإجابة : فقال
إذا كانت هذه اﻷنغم أستعملت في غناء أهل الفسقة ويشعر بها تقليل معاني القران أو إهانته فهو حرام . لان المسلمين يجب عليهم تجليل القراءن قراءة وأداء ونغما .
وأما إذا كان غير ذلك يعني لا يغير معنى القراءن المتفق بين أهل اللغة والتفسير المعتبرة ولا يشعر اﻹهانة فهو جائزة . والخروج منالخلاف مستحب .وطريقتنا اﻷخذ باﻹختياط
سجل هذا وانشروه الى طلبة حتى لاتكون الفتنة بينكم وبين المسلمين
Tuanku Yang Mulia, telah diadakan acara kenegaraan, di Hadiri Oleh para pejabat senior negara republik (Indonesia). Acara di buka dengan membaca Al-qur’an dengan langgam jawa. Lagu-lagu ini tidak Masyhur, tidak di kenal, serta tidak di pakai oleh Para Qari’ Dunia.
Langgam-langgam Ini Kebanyakan nya di tembangkan dengan lagu-lagu (oleh para sinden jawa) dan oleh para Ahli cerita (pak Dalang)
Jawab :
Al-habib Hafidzahullah, Tersenyum sebelum menjawab : Jika Lagu-lagu itu dipakai Oleh para penyanyi orang-orang Fasik, dan di Rasa mengurangi makna-makna yang ada di dalam Al-qur’an atau merendahkan Al-qur’an maka Hukum nya Haram. Karena Kaum Muslimin Harus menghormati Al-qur’an, baik itu dari sisi Baca’an nya, Tilawah nya serta Lagu nya.
Adapun jika tidak demikian, maksud nya Tidak merubah makna-makna Al-qur’an yang telah di sepakati Oleh Para ahli Lughoh dan Ahli Tafsir yang Muktabarah, dan tidak di rasa merendahkan, Maka itu Boleh. Keluar dari khilaf adalah Mustahab, Thariqah Kami adalah mengambil pendapat Yang lebih berhati-hati.
Sumber: Fatwa Habib Zain Bin Smith Madinah : Al Qur’an Langgam Jawa
al-Hafidz Ibnu Katsir,
والغرض أن المطلوب شرعا إنما هو التحسين بالصوت الباعث على تدبر القرآن وتفهمه والخشوع والخضوع والانقياد للطاعة ، فأما الأصوات بالنغمات المحدثة المركبة على الأوزان والأوضاع الملهية والقانون الموسيقائي فالقرآن ينزه عن هذا ويُجلّ ، ويعظم أن يسلك في أدائه هذا المذهب
Yang diajarkan oleh syariat adalah memperindah bacaan al-Quran karena dorongan ingin mentadabburi al-Quran, memahaminya, berusaha khusyu, tunduk, karena ingin mentaati Allah. Adapun bacaan al-Quran dengan lagu yang tidak pernah dikenal, mengikuti irama, tempo, cengkok lagu, dan nada musik, maka seharusnya al-Quran diagungkan, dan dimuliakan dari cara baca semacam ini. (Fadhail al-Quran, hlm. 114).
Keterangan lain disampaikan Imam Ibnul Qoyim,
وكل من له علم بأحوال السلف يعلم قطعاً أنهم براء من القراءة بألحان الموسيقى المتكلفة التي هي إيقاعات وحركات موزونة معدودة محدودة ، وأنهم أتقى لله من أن يقرؤوا بها ويسوِّغوها
Semua orang yang mengetahui keadaan ulama salaf, dia akan sangat yakin bahwa mereka berlepas diri dari cara baca al-Quran dengan mengikuti irama musik yang dipaksa-paksakan. Menyesuaikan dengan cengkok, genre, dan tempo nada lagu. Mereka sangat takut kepada Allah untuk membaca al-Quran dengan gaya semacam ini atau membolehkannya. (Zadul Ma’ad, 1/470).
Bagi yang menolak, mereka merujuk pada hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dan imam At Tabharani -Rahimahumallah- dijelaskan sbb:
إِقْرَءُوا الْقُرْآنَ بِلُحُوْنِ الْعَرَبِ وَأَصْوَاتِهَا وَ ِإيَّاكُمْ وَلُحُوْنَ أَهْلِ الْفِسْقِ وَالْكَبَائِرِ فَإِنَّهُ سَيَجِيْءُ أَقْوَامٌ مِنْ بَعْدِيْ يُرَجِّعُوْنَ الْقُرْآنَ يَرْجِيْعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنُّوْحِ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ مَفْتُوْنَةٌ قُلُوْبَهُمْ وَقُلُوْبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ.
Artinya: Bacalah Alquran sesuai dengan cara dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa besar. Maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum setelahku melagukan al-Qur’an seperti nyanyian dan rahbaniah (membaca tanpa tadabbur) dan nyanyian. Suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke dalam hati). Hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).
Wallahu a'lam

MEMAKAI CELAK SAAT PUASA

KESIMPULAN TEAM DHF HUKUM MEMAKAI CELAK MATA SAAT BERPUASA ----------------------------- 📝 PERTANYAAN: assalamu'alaikum Bagaimana ...