Label

Sabtu, 26 Agustus 2017

HUKUM MEMBACAAN AL-QUR'AN DENGAN LANGGAM JAWA

KESIMPULAN TEAM DHF
HUKUM MEMBACAAN AL-QUR'AN DENGAN LANGGAM JAWA
--------------------------------
PERTANYAAN
Assalamu'alaikum ustd/ ustz.
Baru baru ini kita dihebohkan berita pembacaan al Qur'an dengan lagam jawa di istana negara.
Apa hukum melantunkan al Qur'an dengan lagam tersebut?
JAWABAN PARA MUJAWWIB DHF
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
1. Fatwa Al-Habib Zein bin Smith Hafidzahullah dari Madinah
Fenomena Baca Al-qur’an dengan Langgam jawa yang rame di bincangkan di negeri Kita indonesia, menarik perhatian dari salah satu Alumni penuntut ilmu di Kota Madinah, di Al-allamah, Al-faqih, Al-murabbi, Ad-da’i Ilallah, Al-habib, Zein bin smith Hafidzahullah. sehingga beliau memutuskan untuk menjumpai dan bertanya langsung kepada beliau.
Namun Sebelum Beliau menemui Al-habib Zein bin smith Hafidzahullah, terlebih dahulu beliau menemui dan meminta pandangan dari Murid senior dan Murid kesayangan Al-habib Zein bin Ibrahim bin smith, Yaitu Al-habib Abdullah Ba’abud.
Begini kronologi nya. Waktu di Rubat saya hadir maulid malam jumat dengan Habib Abdullah ba’bud dan saya bertanya juga mengenai baca Al-qur’an dengan Lagu jawa itu.
Beliau menjawab : (ini sebelum saya bertemu habib zein) beliau menjawab didepan saya dan ust irbab.
إذا فتحنا باب الجواز في اداء القراءن بنغم إقليمية مثل نغم الجاوية، فقد فتحنا فجوة للناس فيتسهلون فيه، فصار القراءن بلا معنى مع ان اﻷنغم المشهورة في العالم تدرس مثل صبا والحجازهذه اﻷنغم إذا قرئ القراءن بها قد تجيل بها القلوب وتزرف العيون
قلت يا سيدي : هل كان هذا من باب سد الذريعة ؟
قال الحبيب عبد الله باعبود . نعم.
Jika Kita buka pintu kebolehan dalam menunaikan bacaan dengan lagu-lagu daerah seperti langgam jawa, maka kita telah membuka celah bagi Manusia sehingga mereka menganggap enteng dalam bacaan Al-qur’an. Sehingga Al-qur’an tak ada makna nya. padahal lagu-lagu yang Masyhur di dunia di pelajari seperti lagu Shoba dan lagu Hijaz.
Jika Al-qur’an di baca dengan lagu-lagu ini (Shoba atau hijaz) mampu membuat Hati bergetar, dan Membuat Air mata mengalir,
Aku bertanya wahai Tuan ku, adakah lagu-lagu (langgam jawa) itu bagian dari mencegah jalan yang bisa mengakibatkan kerusakan?
Habib Abdullah Ba’bud menjawab ” Iya”. kemudian Saat menjumpai Al-habib Zein Hafidzahullah
Saat saya bertanya ada tiga orang thalabah yaitu , sopir, terus dua Orang thalabah yang biasa mengawal beliau.
يا سيدي قد عقدت جلسة جمهورية حضرها وجوه من كبار المسؤوليين الجمهورية . وأفتتحت الجلسة بقراءة القران على نغم الجاوية.
هذه اﻷنغم غير مشهورة ومعترفة وغير مستعملة عند القراء في العالم . هذه اﻷنغم أكثرها تستعمل في قراءة أناشيد الجاوية والقصص فما حكم في ذلك ؟
الجواب : الحبيب يبتسم قبل الإجابة : فقال
إذا كانت هذه اﻷنغم أستعملت في غناء أهل الفسقة ويشعر بها تقليل معاني القران أو إهانته فهو حرام . لان المسلمين يجب عليهم تجليل القراءن قراءة وأداء ونغما .
وأما إذا كان غير ذلك يعني لا يغير معنى القراءن المتفق بين أهل اللغة والتفسير المعتبرة ولا يشعر اﻹهانة فهو جائزة . والخروج منالخلاف مستحب .وطريقتنا اﻷخذ باﻹختياط
سجل هذا وانشروه الى طلبة حتى لاتكون الفتنة بينكم وبين المسلمين
Tuanku Yang Mulia, telah diadakan acara kenegaraan, di Hadiri Oleh para pejabat senior negara republik (Indonesia). Acara di buka dengan membaca Al-qur’an dengan langgam jawa. Lagu-lagu ini tidak Masyhur, tidak di kenal, serta tidak di pakai oleh Para Qari’ Dunia.
Langgam-langgam Ini Kebanyakan nya di tembangkan dengan lagu-lagu (oleh para sinden jawa) dan oleh para Ahli cerita (pak Dalang)
Jawab :
Al-habib Hafidzahullah, Tersenyum sebelum menjawab : Jika Lagu-lagu itu dipakai Oleh para penyanyi orang-orang Fasik, dan di Rasa mengurangi makna-makna yang ada di dalam Al-qur’an atau merendahkan Al-qur’an maka Hukum nya Haram. Karena Kaum Muslimin Harus menghormati Al-qur’an, baik itu dari sisi Baca’an nya, Tilawah nya serta Lagu nya.
Adapun jika tidak demikian, maksud nya Tidak merubah makna-makna Al-qur’an yang telah di sepakati Oleh Para ahli Lughoh dan Ahli Tafsir yang Muktabarah, dan tidak di rasa merendahkan, Maka itu Boleh. Keluar dari khilaf adalah Mustahab, Thariqah Kami adalah mengambil pendapat Yang lebih berhati-hati.
Sumber: Fatwa Habib Zain Bin Smith Madinah : Al Qur’an Langgam Jawa
al-Hafidz Ibnu Katsir,
والغرض أن المطلوب شرعا إنما هو التحسين بالصوت الباعث على تدبر القرآن وتفهمه والخشوع والخضوع والانقياد للطاعة ، فأما الأصوات بالنغمات المحدثة المركبة على الأوزان والأوضاع الملهية والقانون الموسيقائي فالقرآن ينزه عن هذا ويُجلّ ، ويعظم أن يسلك في أدائه هذا المذهب
Yang diajarkan oleh syariat adalah memperindah bacaan al-Quran karena dorongan ingin mentadabburi al-Quran, memahaminya, berusaha khusyu, tunduk, karena ingin mentaati Allah. Adapun bacaan al-Quran dengan lagu yang tidak pernah dikenal, mengikuti irama, tempo, cengkok lagu, dan nada musik, maka seharusnya al-Quran diagungkan, dan dimuliakan dari cara baca semacam ini. (Fadhail al-Quran, hlm. 114).
Keterangan lain disampaikan Imam Ibnul Qoyim,
وكل من له علم بأحوال السلف يعلم قطعاً أنهم براء من القراءة بألحان الموسيقى المتكلفة التي هي إيقاعات وحركات موزونة معدودة محدودة ، وأنهم أتقى لله من أن يقرؤوا بها ويسوِّغوها
Semua orang yang mengetahui keadaan ulama salaf, dia akan sangat yakin bahwa mereka berlepas diri dari cara baca al-Quran dengan mengikuti irama musik yang dipaksa-paksakan. Menyesuaikan dengan cengkok, genre, dan tempo nada lagu. Mereka sangat takut kepada Allah untuk membaca al-Quran dengan gaya semacam ini atau membolehkannya. (Zadul Ma’ad, 1/470).
Bagi yang menolak, mereka merujuk pada hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dan imam At Tabharani -Rahimahumallah- dijelaskan sbb:
إِقْرَءُوا الْقُرْآنَ بِلُحُوْنِ الْعَرَبِ وَأَصْوَاتِهَا وَ ِإيَّاكُمْ وَلُحُوْنَ أَهْلِ الْفِسْقِ وَالْكَبَائِرِ فَإِنَّهُ سَيَجِيْءُ أَقْوَامٌ مِنْ بَعْدِيْ يُرَجِّعُوْنَ الْقُرْآنَ يَرْجِيْعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنُّوْحِ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ مَفْتُوْنَةٌ قُلُوْبَهُمْ وَقُلُوْبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ.
Artinya: Bacalah Alquran sesuai dengan cara dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa besar. Maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum setelahku melagukan al-Qur’an seperti nyanyian dan rahbaniah (membaca tanpa tadabbur) dan nyanyian. Suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke dalam hati). Hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).
Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMAKAI CELAK SAAT PUASA

KESIMPULAN TEAM DHF HUKUM MEMAKAI CELAK MATA SAAT BERPUASA ----------------------------- 📝 PERTANYAAN: assalamu'alaikum Bagaimana ...