Label

Kamis, 23 November 2017

CARA BERWUDHUNYA ORANG TERLUKA

KESIMPULAN TEAM DHF
CARA BERWUDHUNYA ORANG TERLUKA
_______
PERTANYAAN

assalamualaikum al mujawwib
ad tmen saya kecelakaan,kakinx luka dan berdarah bhkn telapak kakinx pun terasa sakit jika d tapakkan ke lantai pertanyaan saya bagaimanakah caranx dya berwudhu untk shlat sdgkn kakinx luka dan berdarah?dan bgaimanakah caranx dya untk sholat sdgkn kakinx sakit untk berdri dan berjalan susah apalg untk sujud?ia ragu2 untk sholat al mujawwib krn dya menurut dya darahnx t2 najis jd dya ingn mengqodho shlat nx klu udah sembuh bgaimana nch al mujawwib?klu smpe 1 bulan gk sembuh masak slma itu gk sholat?mhon pencerahan nx
wassalamualaikum

JAWABAN
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
وعليكم سلام
___
Posisi luka seseorang, akan memberikan pengaruh terhadap tata cara berwudhu yang harus dilakukannnya.

👉Apabila luka berada di selain anggota wudhu seperti perut, dada. Punggung dan sebagainya, maka keberadaan luka itu tidak mempengaruhi. Dalam artian, wudu yang dilalukan oleh orang itu sama persis dalam kondisi normal, tidak perlu menyempurnakannya dengan tayammum.

👉Apabila luka berada pada anggota wudu seperti kaki, wajah, dan tangan, yang dikhawatirkan luka itu akan menimbulkan bertambahnya penyakit, lamanya proses penyembuhan dan sebagainya,

➡ maka cara berwudunya adalah dengan membasuh atau mengusap anggota wudu yang sehat sesuai urutan.

➡Kemudian disaat giliran membasuh atau mengusap anggota wudhu yang terluka diganti dengan bertayammum.

Jadi, misalkan seorang memiliki luka pada tangannya, maka tayammum dilakukan setelah membasuh wajah dan sebelum mengusap sebagian kepala.

🌹Tata cara berwudhu’ bagi orang yang memiliki luka yang tidak diperban sebagai berikut:

✔Lakukanlah basuhan atau usapan pada anggota wudhu yang sehat sesuai dengan urutannya (tartib).

✔Apabila ingin membasuh/mengusap anggota wudhu yang terdapat luka, maka lakukanlah tayammum sesuai ketentuan-ketentuan dalam tayammum.

✔Selain itu, apabila luka berada dalam pada anggota tayammum, maka luka tersebut harus diusap dengan debu yang suci selagi bisa.

✔ Apabila tidak bisa, dalam artian akan menimbulkan madlarat yang lebih dahsyat, maka cukup mengusap bagian yang tidak terluka dengan debu.

➡Namun, dia harus mengulangi shalatnya karena wudhu’ dan tayammumnya tidak sempurna.

(walaupun dia harus mengulangi shalatnya, dia tetap wajib melaksanakan shalat untuk menghormati waktunya shalat fardu (shalat lihurmatil wakti) pada saat itu juga, dalam artian ketika dia meninggal sebelum mengqodonya, maka dia tidak mendapat dosa.

✔Setelah selesai bertayammum, maka basuhlah bagian kulit yang sehat disekitar luka dengan hati-hati.
Dengan cara menekan kain yang telah dibasahi dengan air pada bagian sekitar luka, dengan demikian air yang menyentuh bagian tersebut adalah air yang mengalir.

🌼Tata cara bagi orang yang memilik luka yang diperban sebagai berikut:

✔Lakukanlah basuhan atau usapan pada anggota wudhu yang sehat sesuai dengan urutannya.

✔Pada saat ingin membasuh anggota wudhu yang terluka (diperban), maka lakukanlah tayammum.

✔Setelah selesai melakukan tayammum, maka orang tersebut harus melakukan hal sebagai berikut:

👉Apabila orang tersebut memungkinkan untuk melepas perban, maka lepaslah perban itu agar dapat membasuh daerah pada sekitar luka yang tertutup perban.

✴(membuka perban hukumnya wajib, apabila luka itu dirasa aman, perban berada pada anggota tayammum, atau selain anggota tayammum, tetapi kondisi perban melebar sampai menutupi bagian yang sehat)

✔Selanjutnya, usapkan air di atas perban secara merata. (dalam konteks anggota wudu wajib dibasuh atau diusap memiliki tiga keharusan.

➡Maksudnya perban tidak wajib dibuka, yaitu bertayammum, membasuh bagian-bagian yang sehat, dan mengusap perban dengan air, jika kondisi perban melebar sampai menutupi bagian yang sehat dan tidak mampu mengusap bagian sehat itu dengan air).


rinkas nya;

Cara berwudhu bagi orang yang terluka atau diperban atau dipasang gib namun masih bisa menggunakan air adalah seperti wudhu orang pada umumnya apabila perbannya memungkinkan untuk dilepas saat wudhu.

Sedangkan apabila akan menimbulkan bahaya jika perban atau gibnya dilepas, maka wudhunya diharuskan ditambah dengan melakukan tayammum sebagai pengganti dari bagian yang tak tidak bias disucikan saat wudhu. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Jabir rodhiyallohu ‘anhu ;

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Mengerjakan tayammum.
Tayammumnya didahulukan agar bekas – bekas debu yang menempel dari badan hilang karena terkena air basuhan wudhu.

2. Mengerjakan wudhu. 
Cara berwudhunya seperti wudhu pada umumnya, dan ketika sampai pada bagian tubuh yang di balut perban atau gib diusahakan sebisa mungkin membasuh bagian yang tidak sakit.

3.  Mengusap perban atau gip yang menutupi bagian yang wajib disucikan dengan air.

catatan penting:

1.perban harus di pasang dalam keadaan suci (punya wudlu)
jika perban tersebut di pasang dalam keadaan hadast maka tdiak boleh mengusaf perban tersebut sebagai mana tdiak boleh mengusaf khuf/sepatu jika di pasang dlm keadaan hadast.

dan jika perban tersebut di pasang dalam keadaan hadast maka wajib membuka perbsn tersebut kemudian mengusap bagian luka tersebut dgn air.

jika seumpama tdk mmungkinkan di buka krn kawatir bahaya maka hrus sholat lihurmatil wakti.
sertaq di wajibkan qodlo'

2.saat memasang perban tidak boleh menutupi anggauta badan yg sehat kecuali kadar yg dibutuhkan saja.

3.perban tidak boleh mneutupi anggauta yg sehat kcwli kadar yg di butuhkan utk perban tersebut.

4. Ketika akan mengerjakan sholat fardhu lagi, menurut Imam Rofi’I diwajibkan membasuh bagian tubuh sebelum bagian yang diperban, sedangkan menurut Imam Nawawi cukup mengerjakan wudhu saja, dan pendapat Imam Nawawi inilah yang mu’tamad (dibuat pedoman).

sebagian pendapat ulama cukup dgn mnusap tdk perlu tayammum.


REFERENSI
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

______
مختصر اختلاف العلماء ١ ص ١٥٢ مكتبة الشاملة
ويتيمم أيضا يجمع بينهما
٥٨ - في المسح على الجبائر
Dalam Madzhab Syafi'i jika mengusap perban padahal ia mampu utk wudlu maka ada dua pendapat

1. Wajib mengulang sholat nya (, qodlo)
2.sah sholat nya tdk perlu mengulang lagi (tdk perlu qodlo)
قال أصحابنا يمسح عليهما
وقال أبو يوسف إن ترك المسح عليهما وهو لا يضره أعاد الصلاة وهو قول مالك وكذلك قال الحسن بن حي

وقال الشافعي إذا مسح على الجبائر وصلى أعاد في أحد القولين إذا قدر على الوضوء والقول الآخر أنه لا يعيد


_______
Al-Mizan, I : 135
ومن ذلك قول الإمام الشافعى – من كان بعضو من أعضائه جرح اوكسر او قروح والصق عليه جبيرة وخاف من نزعها التلف انه يمسح على الجبيرة وتيمم مع قول أبى حنيفة ومالك انه ان كان بعض جسده صحيحا وبعضه جريحا ولكن الأكثر هو الصحيح غسله وسقط حكم الجريح ويستحب مسحه بالماء. وان كان الصحيح هو الأقل تيمم وسقط غسل العضو الصحيح وقال أحمد يغسل الصحيح وتيمم عن الجريح من غير مسح للجبيرة.
ووجه الأول الأخد بالإحتياط بزيادة وجوب مسح الجبيرة لما تأخذه من الصحيح غالباللا ستمساك. ووجه الثانى أنه اذاكان الأكثر الجريح القرح فالحكم له لأن شدة الألم حينئذ أرجح فى طهارة العضو من غسله بالماء فان الأمراض كفارات للخطايا.

Artinya : Menurut imam syafi’I : orang yang di anggota wudhunya ada luka atau bengkak kemudian diperban dan ia takut mengusap perban dan bertayamum. Menurut imam hanafi dan malik: jika yang sakit lebih kecil daripada yang sehat, cukup membasuh yang sehat dan disunnahkan mengusap yang sakit. Apabila yang sehat lebih kecil, maka hanya wajib tayamum. Dan tidak wajib membasuh anggota yang sehat. Menurut imam ahmad, membasuh anggota yang wajib dan tayamum untuk sakit tidak wajib mengusap perban. Pendapat pertama mengambil langkah yang berhati-hati, dengan menambahkan: wajibnya mengusap tambal karena diambil pada anggota badan yang shohih/sehat secara umum untuk penanggulangan. Pendapat yang kedua, ketika yang lebih banyak itu luka atau koreng, maka hukum berada padanya. Karena parahnya sakit saat demikian, lebih diutamakan didalam pensucian anggota badan disbanding harus membasuh dengan air. Karena penyakit itu adalah menghapus terhadap kesalahan (dosa).


______
الاوسط في السنن ٢ ص١٩ مكتبة الشاملة
وهذا الحديث وإن كان ظاهره حجة لقولنا، ففي إسناده مقال؛ لأن عبد الرزاق أدخل بين الأوزاعي وبين عطاء رجلا وقال بشر بن بكر: ثنا الأوزاعي قال: بلغني أن عطاء قال إنه سمع ابن عباس وفي ظاهر الآية وخبر عمرو كفاية عن كل قول وقال الحسن في المريض يحضره الصلاة وليس عنده من يناوله الماء، ولا يستطيع أن يقوم إليه، يتيمم ويصلي وقال أصحاب الرأي في المريض المقيم في المصر لا يستطيع الوضوء لما به من المرض: يجزيه التيمم وقالوا في المريض لا يقدر على الوضوء بمنزلة المجدور وكذلك قال إسحاق
ذكر المسح على الجبائر والعصائب اختلف أهل العلم في المسح على الجبائر والعصائب، فأجاز كثير منهم المسح عليها، فممن رأى المسح على العصائب تكون على الجروح، ابن عمر، وعطاء، وعبيد بن عمير وكان إبراهيم والحسن ومالك وأحمد وإسحاق [ص: ٢٤] وأصحاب الرأي وأبو ثور والمزني يرون المسح على الجبائر وروي عن ابن عمر أن إبهام رجله جرحت فألقمها مرارة وعن ابن عباس أنه قال: امسح على الجروح.



______
Al hawi Al kabiir juz 1 hal 1 276-277 maktabh syamilah

مسألة: حكم تيمم من ألصق على موضع التيمم لصوقا)

قال الشافعي رضي الله عنه: " ولو ألصق على موضع التيمم لصوقا، نزع اللصوق وأعاد ".
قال الماوردي: اختلف أصحابنا في صورة هذه المسألة فقال بعضهم: صورتها في رجل كان على أعضاء تيممه قروح فألصق عليها لصوقا وهو يقدر على نزعها والتيمم عليها ولا يقدر على إيصال الماء إليها، فعليه أن يتيمم فيها بدلا من غسلها، ويغسل ما لا قروح عليه من أعضائه، فإذا فعل فلا إعادة عليه، لأن السليم قد غسله بالماء، وموضع اللصوق تيمم منه بالتراب، وتأولوا قول الشافعي وأعاد يعني اللصوق أعادها بعد تيممه لا أنه عنى إعادة الصلاة.
وقال آخرون: بل صورتها أن يقدر على نزع اللصوق منها، ولا يقدر على التيمم فيها فيصلي مقتصدا على غسل السليم من أعضائه وعليه الإعادة؛ لأن موضع اللصوق لم يطهره بالماء ولا بالتراب، كالعادم للماء والتراب معا، فيلزمه الإعادة إذا صلى لإخلاله بالطهارة مبدلا، وتأولوا قول الشافعي وأعاد يعني الصلاة، دون اللصوق، وكلام الشافعي يبعد من تصوير المسألة على هذا الوجه؛ لأنه قال نزع اللصوق، ومن لا يقدر أن يستعمل في فرضه ماء، فليس عليه نزع اللصوق عنه، وإنما يلزمه نزع اللصوق إذا كان قادرا على إحدى الطهارتين في محله ولا على أي الصورتين كانت المسألة فالجواب فيها على ما وصفت فأما إذا لم يقدر على نزع اللصوق، فإنه يكون في حكم صاحب الجبائر على ما سنذكره فصار لصاحب اللصوق ثلاثة أحوال ذكرناها وحال رابعة لا تدخل في جملة أقسامه فأحد الأحوال الثلاثة أنه يقدر على نزعها والتيمم فيها دون الغسل، فيتيمم فيها ولا يعيد الصلاة، وحال لا يقدر على التيمم فيها ولا الغسل فيصلي ويعيد، وحال لا يقدر على نزعها وإيصال الماء إليها فيصلي ولا يعيد الصلاة.

(مسألة: كيفية تيمم أصحاب الجبائر)
قال الشافعي رضي الله عنه: " ولا يعد وبالجبائر موضع الكسر، ولا يضعها إلا على وضوء كالخفين ".
قال الماوردي: وهذا صحيح، والجبائر ما كانت على كسر، واللصوق ما كانت على قرح، فإذا انكسر عضو من بدنه فاحتاج إلى ستره بالجبائر، فإن كان يقدر عند الطهارة على حلها، وإيصال الماء إليها شدها كيف شاء على طهر أو غير طهر، فجاوز قدر الحاجة وغير مجاوز، وإن كان لا يقدر عند الطهارة على حلها خوف التلف وزيادة المرض على أحد القولين فيحتاج عند شد الجبائر إلى شرطين ليصح له المسح عليها.
أحدهما: أن لا يضعها إلا على طهر، فإن كان محدثا لم يجزه المسح عليها كالخفين لا يجوز أن يمسح عليهما إلا أن يلبسهما على طهر.

Lanjutan.. hal 278

والشرط الثاني: أن لا يتجاوز شد الجبائر موضع الحاجة، وهو موضع الكسر وما لا بد منه من الصحيح لأن شد الكسر وحده لا يغني إلا أن يشد معه بعض ما اتصل به من الصحيح، وقول الشافعي، ولا يعد وبالشد موضع الكسر، إنما أراد وما قاربه على ما وصفنا، فإن تجاوز بالشد على قدر الحاجة لم يجزه المسح عليها.

(فصل)
: فإذا أتى بهذين الشرطين ثم أحدث، أو أجنب، غسل ما لا جبيرة عليه من بدنه ثم مسح على الجبائر بالماء بدلا من غسلها تحتها، كما يمسح على الخفين، بدلا من غسل الرجلين، وفي قدر المسح وجهان لأصحابنا.
أحدهما: يمسح جميع الجبائر ليكون خلفا من عمل العضو الكسير ونائبا عنه.
والوجه الثاني: يمسح بعضها وإن قل فيما ينطلق اسم المسح عليه كالرأس والخفين ثم لا يخلو حال الجبائر من أن يكون على أعضاء التيمم أم لا، فإن كان على أعضاء التيمم لم يحتج مع مسح الجبائر بالماء إلى التيمم، وإن كان على غير أعضاء التيمم فهل يلزم مع مسح الجبائر بالماء التيمم أم لا؟ على قولين:
أحدهما: لا يتيمم ويقتصر على الماء وحده غسلا لما ظهر ومسحا على ما استتر؛ لأن مسح الجبائر معتبر بالمسح على الخفين، وليس مع المسح على الخفين تيمم فكذا المسح على الجبائر، ولأن النبي - صلى الله عليه وسلم - أمر عليا بالمسح على الجبائر لم يأمره بالتيمم.
والقول الثاني: عليه أن يتيمم بدلا من تطهير ما تحت الجبائر لرواية جابر أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال في صاحب الجروح: " إنما كان يكفيه أن يتيمم ويعصب على جرحه ثم يمسح عليه، ويغسل سائر جسده، وإن قلنا: إنه يحتاج إلى التيمم صلى بغسله وتيممه ما شاء من الفرائض والنوافل ما لم يحدث كالمسح على الخفين.

_____
kitab Mughni al Muhtaj ila Ma’rifarti Alfadhi al Manhaj dan Kitab Hasyiyah Qalyubi wa ‘Amirah di bawah ini.

فَإِنْ كَانَ) عَلَى الْعُضْوِ الَّذِي امْتَنَعَ اسْتِعْمَالُ الْمَاءِ فِيهِ سَاتِرٌ ( كَجَبِيرَةٍ لَا يُمْكِنُ نَزْعُهَا ) لِخَوْفِ مَحْذُورٍ مِمَّا تَقَدَّمَ بَيَانُهُ ، وَكَذَا اللَّصُوقُ بِفَتْحِ اللَّامِ وَالشُّقُوقُ الَّتِي فِي الرِّجْلِ إذَا احْتَاجَ إلَى تَقْطِيرِ شَيْءٍ فِيهَا يَمْنَعُ مِنْ وُصُولِ الْمَاءِ . وَالْجَبِيرَةُ بِفَتْحِ الْجِيمِ وَالْجِبَارَةُ بِكَسْرِهَا خَشْبٌ أَوْ قَصَبٌ يُسَوَّى وَيُشَدُّ عَلَى مَوْضِعِ الْكَسْرِ أَوْ الْخَلْعِ لِيَنْجَبِرَ . وَقَالَ الْمَاوَرْدِيُّ : الْجَبِيرَةُ مَا كَانَ عَلَى كَسْرٍ ، وَاللَّصُوقُ مَا كَانَ عَلَى جَرْحٍ ، وَمِنْهُ عِصَابَةُ الْفَصْدِ ، وَنَحْوِهَا . وَلِهَذَا عَبَّرَ الْمُصَنِّفُ بِالسَّاتِرِ لِعُمُومِهِ وَمَثَّلَ بِالْجَبِيرَةِ ، وَإِذَا عَسُرَ عَلَيْهِ نَزْعُ مَا ذُكِرَ ( غَسَلَ الصَّحِيحَ ) عَلَى الْمَذْهَبِ ؛ لِأَنَّهَا طَهَارَةٌ ضَرُورَةٌ فَاعْتُبِرَ الْإِتْيَانُ فِيهَا بِأَقْصَى الْمُمْكِنِ

مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج 1/ 448

وَإِنْ كَانَ بِالْعُضْوِ سَاتِرٌ ( كَجَبِيرَةٍ لَا يُمْكِنُ نَزْعُهَا ) بِأَنْ يَخَافَ مِنْهُ ، مَحْذُورٌ مِمَّا سَبَقَ  غَسَلَ الصَّحِيحَ وَتَيَمَّمَ كَمَا سَبَقَ ) ( وَيَجِبُ مَعَ ذَلِكَ مَسْحُ كُلِّ جَبِيرَتِهِ بِمَاءٍ ) اسْتِعْمَالًا لِلْمَاءِ مَا أَمْكَنَ  وَقِيلَ بَعْضُهَا ) كَالْخُفِّ ، وَلَا يَتَأَقَّتُ مَسْحُهَا ، وَيَمْسَحُ الْجُنُبَ مَتَى شَاءَ وَالْمُحْدِثُ وَقْتَ غَسْلِ الْعَلِيلِ ، وَاحْتَرَزَ بِمَاءٍ عَنْ التُّرَابِ فَلَا يَجِبُ مَسْحُهَا بِهِ إذَا كَانَتْ فِي مَحَلِّ التَّيَمُّمِ ، وَيُشْتَرَطُ فِيهَا لِيَكْتَفِيَ بِالْأُمُورِ الثَّلَاثَةِ الْمَذْكُورَةِ أَنْ لَا تَأْخُذَ مِنْ الصَّحِيحِ إلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ لِلِاسْتِمْسَاكِ ، وَلَوْ قَدَرَ عَلَى غَسْلِهِ وَجَبَ بِأَنْ يَضَعَ خِرْقَةً مَبْلُولَةً عَلَيْهِ وَيَعْصِرُهَا لِيَنْغَسِلَ بِالْمُتَقَاطَرِ مِنْهَا ، وَسَيَأْتِي أَنَّ الْجَبِيرَةَ إنْ وُضِعَتْ عَلَى طُهْرٍ لَمْ يَجِبْ الْقَضَاءُ أَوْ عَلَى حَدَثٍ وَجَبَ

435/1 كتاب حاشيتا قليوبي و عميرة




______
التعليق لقاضى حسين ١ ص ٤٤٢-٤٤٣ مكتبة الشاملة
قال القاضي حسين: الجبائر جمع جبيرة، وهي اسم للخشبة التي توضع على الكسر، وتترك عليه حتى يندمل.
ثم المزني أخل بالنقل، لأن ما نقله توهم ألا يضع الجبائر على ما حواليه من الصحيح، وليس كذلك، بل له أن يدخل شيئا من الصحيح فيها، لأنه إذا وضع بحيث لا يجاوز الكسر شيئا لا يلتئم.
والشافعي قال: في موضع الكسر وحوله.
والمزني حذف قوله: وحوله، وينبغي ان يضعه على الطهارة، لأنه ساتر، يريد المسح عليه كالخفين.
ويجب المسح على الجبائر، وهل تستوعب الجبيرة بالمسح أم لا؟
فيه جوابان:
أحدهما: لا لأنه مسح بالماء فصار كالمسح على الخفين.
والثاني: يلزمه، لأنه بدل في محل مغسول، فأشبه التيمم، وليس كالمسح على الخفين، لأن المسح على الجبيرة لا يتقدر بزمان دون زمان، ولا يختلف بالسفر والحضر، بخلاف المسح على الخفين، وهل يلزمه التيمم بعد أن مسح على الجبيرة أم لا؟ ظاهر النص أنه يقتصر على مسح الجبيرة، ونص في الكبير على وجوب التيمم.
منهم من جعل ذلك على قولين:
أحدهما: لا يجب، لأنا أوجبنا عليه المسح بدلا عن المحل المغسول، ولا توجب عليه بدلا آخر.
والثاني: يجب عليه، كما إذا كان بعض أعضاءه صحيحا، وبعضه جريحا، وفي الخبر ما يدل عليه أيضا، لأنه قال في تلك القصة المعروفة: كان يكفيه أن يعصب على رأسه عصابة ويمسح عليها ثم يغسل ما قدر عليه، وتيمم للباقي.
ومن أصحابنا من قال: المسألة على حالين: حيث قال: (يتيمم)، أراد به: أنه إذا كان بصفة لو رفع الجبيرة، لا يمكنه استعمال الماء، فصار كمن كان بعض أعضاءه صحيحا، وبعضه جريحا، وحيث قال: لا يتيمم، أراد به: إذا كان بصفة لو رفع الجبيرة يمكن غسل ما تحته، وإذا أوجبنا التيمم فيتيمم لكل فريضة، ويغسل ما بعده من الأعضاء، مراعاة للترتيب وما قبله لا يجب عليه في ظاهر المذهب على ما ذكرنا.
فأما إذا اندمل، ونزع الجبيرة، يغسل ذلك المحل، ثم لو كان جنبا لا يجب عليه غسل شيء بعده، على ظاهر المذهب، وإن كان محدثا يغسل ما بعده من الاعضاء مراعاة للترتيب.
وهل يغسل ما قبله؟ فعلى ما ذكرنا.
وهل يلزمه إعادة الصلوات التي صلاها بالمسح على الجبيرة؟
ينظر: فإن وضعها، وهو على الطهارة في القديم يلزمه.
وفي الحديد: قولان.
وإن وضعها على غير الطهارة في الجديد يلزمه.
وفي القديم قولان.
فإما إذا اندملت الجبرة وهو لا يشعر بذلك حتى صلى عليه صلوات، تلزمه الإعادة، لأنه نادر، وقد وجد التفريط منه.


_____

خَرَجْنَا فِي سَفَرٍ فَأَصَابَ رَجُلًا مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِي رَأْسِهِ ثُمَّ احْتَلَمَ فَسَأَلَ أَصْحَابَهُ فَقَالَ هَلْ تَجِدُونَ لِي رُخْصَةً فِي التَّيَمُّمِ فَقَالُوا مَا نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَأَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى الْمَاءِ فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُخْبِرَ بِذَلِكَ فَقَالَ قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ اللَّهُ أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيَعْصِرَ أَوْ يَعْصِبَ شَكَّ مُوسَى عَلَى جُرْحِهِ خِرْقَةً ثُمَّ يَمْسَحَ عَلَيْهَا وَيَغْسِلَ سَائِرَ جَسَدِهِ
murod;
“Kami pernah keluar dalam sebuah perjalanan, lalu salah seorang di antara kami terkena batu pada kepalanya yang membuatnya terluka serius. Kemudian dia bermimpi junub, maka dia bertanya kepada para sahabatnya; Apakah ada keringanan untukku agar saya bertayammum saja? Mereka menjawab; Kami tidak mendapatkan keringanan untukmu sementara kamu mampu untuk menggunakan air, maka orang tersebut mandi dan langsung meninggal. Ketika kami sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau diberitahukan tentang kejadian tersebut, maka beliau bersabda: "Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak mengetahui, karena obat dari kebodohan adalah bertanya! Sesungguhnya cukuplah baginya untuk bertayammum dan meneteskan air pada lukanya -atau- mengikat lukanya- Musa ragu- kemudian mengusapnya saja dan mandi untuk selain itu pada seluruh tubuhnya yang lain."(Sunan Abu Dawud, no.336)






_____
Ibarot :
Mughnil Muhtaj, Juz : 1  Hal : 256

فإن كان محدثا فالأصح اشتراط التيمم وقت غسل العليل، فإن جرح عضواه فتيممان. فإن كان كجبيرة لا يمكن نزعها غسل الصحيح وتيمم
.....................................
فإن كان) من به العلة (محدثا) حدثا أصغر (فالأصح اشتراط التيمم وقت غسل العليل) أي العضو العليل لاعتبار الترتيب في الوضوء فلا ينتقل عن العضو المعلول إلا بعد كمال طهارته أصلا وبدلا، ويقدم ما شاء من الغسل والتيمم في العضو الواحد، ويستحب تقديم التيمم على غسله هنا أيضا كما في المجموع. والثاني: يجب تقديم غسل المقدور عليه من الأعضاء كلها لما مر في الجنب. والثالث: يتخير كالجنب  -إلى أن قال-  (فإن كان) على العضو الذي امتنع استعمال الماء فيه ساتر (كجبيرة لا يمكن نزعها) لخوف محذور مما تقدم بيانه، وكذا اللصوق بفتح اللام والشقوق التي في الرجل إذا احتاج إلى تقطير شيء فيها يمنع من وصول الماء. والجبيرة بفتح الجيم والجبارة بكسرها خشب أو قصب يسوى ويشد على موضع الكسر أو الخلع لينجبر. وقال الماوردي: الجبيرة ما كان على كسر، واللصوق ما كان على جرح، ومنه عصابة الفصد، ونحوها. ولهذا عبر المصنف بالساتر لعمومه ومثل بالجبيرة، وإذا عسر عليه نزع ما ذكر (غسل الصحيح) على المذهب؛ لأنها طهارة ضرورة فاعتبر الإتيان فيها بأقصى الممكن (وتيمم) لما روى أبو داود والدارقطني بإسناد كل رجاله ثقات عن جابر في المشجوج الذي احتلم، واغتسل فدخل الماء شجته فمات أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «إنما كان يكفيه أن يتيمم ويعصب على رأسه خرقة ثم يمسح عليها ويغسل سائر جسده

Wallahu'alam bishawab
diskusihukumfiqh212.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMAKAI CELAK SAAT PUASA

KESIMPULAN TEAM DHF HUKUM MEMAKAI CELAK MATA SAAT BERPUASA ----------------------------- 📝 PERTANYAAN: assalamu'alaikum Bagaimana ...